Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan peristiwa kebakaran hutan yang terjadi di 2015, hendaknya menjadi pembelajaran penting agar tak terulang di tahun ini.
Oleh karenanya, ia menghimbau semua pihak tak terkecuali masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bekerjasama menjaga kelestarian hutan di Papua.
“Khususnya dalam mempertahankan potensi hutan alam yang ada di tanah ini,†jelas Gubernur pada launching program lestari dan penandatangan kerja sama antara Pemprov Papua & USAID – Lestari, Kamis (21/1), di Sasana Karya Kantor Gubernur.
Enembe menekankan betapa pentingnya kerja sama semua pihak dalam menjaga kelestarian hutan di Papua, terutama dalam mewujdukan komitmen Pemerintah Provinsi Papua dalam mempertahankan potensi hutan alam.
Oleh karena itu, lanjut dia, tantangan terberat Papua saat ini bagaimana mensejahterakan lebih dari 70 persen masyarakat asli Papua yang hidup di sekitar hutan. “Sebab disatu sisi Pemda Papua memiliki komitmen mempertahankan hutan alamnya, tetapi disaat yang bersamaan ada tuntutan mensejahterakan masyarakatâ€.
“Karena hutan sangat penting bagi masyarakat Papua, dimana saya selalu berbicara soal hutan Papua, bahkan dalam UU Otsus Plus Papua yang kita dorong ke Jakarta, ada banyak berdebatan yang kita bahas,†akunya.
Ia menambahkan, dalam pertemuan di Jakarta bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi), Presiden sudah memerintakan TNI/Polri untuk menjaga dan mengantisipasi kebakaran hutan diseluruh Indonesia.
“Akibat kebakaran di Sumatera, Kalimantan bahkan di Papua telah berdampak pada berbagai sendi kehidupan masyarakat maupun kehidupan organisme lainnya. Sehingga hal ini diharapan dapat dicegah pada 2016 ini,†jelasnya.
Dalam kegiatan itu, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Robert O. Blake nampak menghadiri peluncuran program dari USAID bernama "Lestari".
Sementara Koordinator Program Lestasri di Provinsi Papua Benja Victor Mambai, mengatakan, proyek USAID ini mendukung Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melestarikan keanekaragaman hayati pada hutan.
"Proyek LESTARI juga mendukung pelestarian ekosistem bakau kaya karbon dan yang signifikan secara biologi dengan menerapkan pendekatan bentang alam," jelasnya.
Aktivitas utama proyek Lestari adalah perbaikan tata kelola lahan, peningkatan pengelolaan dan perlindungan spesies kunci di dalam kawasan konservasi, perbaikan praktik sektor swasta serta industri juga perluasan konstituensi untuk konservasi.
"Hanya khusus Papua, program Lestari akan bekerja sama dengan pemprov setempat, Kota dan Kabupaten Jayapura, Asmat, Mimika, Mappi, Boven Digoel dan Universitas Cenderawasih," tutur dia.
Program Lestari bekerja di enam daerah fokus dan lanskap di tiga pulau terbesar di Indonesia, yaitu Sumatera Utara (Lanskap Leuser), Kalimantan Tengah (Lanskap Katingan-Kahayan) dan Papua (Lanskap Dataran Rendah Lorentz, Mappi-Boven Digoel, Sarmi dan Cycloops).