Pemerintah Pusat diminta membangun industri di Papua guna menangkap potensi pemasaran hasil produksi ke negara pasific. Hal demikian dikatakan Asisten Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Papua, Elia Loupatty, di Jayapura Kamis (18/2).
Elia menilai sudah saatnya pemerintah mengalihkan pembangunan industri ke Papua sebab ada peluang yang bisa dimanfaatkan. “Bayangkan seluruh hasil produksi yang dijual di Pasar Perbatasan Skouw laku keras. Mulai dari beras, mie instant, kursi, bahkan tikar, sehingga peluang ini saya kira perlu untuk ditangkapâ€.
“Sebab dengan kebijakan nasional tol laut ini saya kira untuk arus trasnportasi tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Tinggal dibicarakan dengan pusat, karena bila diangkut dengan kapal laut saya kira 6 jam saja sudah bisa menjangkau negara tetangga,†ucap dia.
Elia menuturkan, bila industri dibangun di Papua lalu perdagangannya berorientasi ke pasific, maka ada sekitar lima hingga enam negara yang siap menampung hasil produksi industri.
“Sebenarnya kalau mau diilhat industri besar di pulau Jawa sudah tak mampu menampung. Karena itu sudah saatnya secara nasional melirik Papua. Sebab dari segi keuntungan negara di pasific merupakan pasar bagi Papua. Karena itu perlu juga jadi perhatian bagi pusat soal ini,†tutur dia.
Menyinggung soal kemahalan harga di Papua, Elia mengatakan hal itu disebabkan oleh pembangunan industri yang didominasi ke wilayah Barat Indonesia.
“Papua selalu yang menanggung beban kemahalan karena pabrik-pabrik dibangun di Jawa. Makanya, sudah saatnya pabrik di bangun diwilayah timur khususnya di Papua, sehingga wilayah barat sekali-kali menanggung beban kemahalan transportasi. Supaya mereka juga ikut merasakan kemahalan, hingga ada keadilan dalam harga,†ujar dia.
Pada kesempatan itu, Elia mengumbar alasan mengapa Papua minim akan masuknya investor bidang sumber daya alam. Menurut dia, Pemerintah provinsi sangat berhati-hati memberikan ijin bagi investor yang hendak mengelola kekayaan alam Papua.
“Sebenarnya untuk investor di Papua dari statistik sudah banyak yang berinvestasi hanya mereka tak banyak bergerak dibidang sumber daya alam. Sebab Pemprov sangat membatasi serta selektif berdasarkan tata ruang, dimana Papua sangat berkeinginan mempertahankan daerah hijau 81 persen hingga 90 persenâ€.
“Kami sebenarnya sangat berharap para investor itu dibidang industri baik menengah maupun skala besar. Mengingat luas tanah kami cukup tetapi kalau investasi dibidang SDA memang sangat selektif,†tutupnya.