Pemerintah Provinsi Papua
mendorong petani lokal di Bumi Cenderawasih untuk meningkatkan hasil produksi
kakao, guna memenuhi kebutuhan dalam negeri yang mencapai 750 ton.
“Saya bisa katakan petani lokal kakao di
Papua hanya dapat memproduksi komoditas ini hingga 1,2 ton saja. Padahal untuk
memenuhi permintaan dalam negeri saja dibutuhkan sekitar 750 ton.”
"Nah, kebutuhan pasar dalam negeri ini
yang saya petani Kakao di Papua bisa menangkap peluang ini. Intinya, saat ini
kita bicara kebutuhan dalam negeri dulu jangan fokus ke ekspor atau kebutuhan
luar negeri. Sebab, sangat disayangkan jika pasarnya sudah ada namun tidak
dimanfaatkan oleh petani,” tutur Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua Jhon
Nahumury, di Jayapura, Rabu (15/3) kemarin
Ia mengakui, memang tak mudah untuk
mengembangkan komoditas tersebut. Karena biasanya terkendala serangan hama.
Meski begitu, instansinya terus berupaya untuk melakukan penanggulangan,
diantaranya dengan adanya gerakan massal tiada hari tanpa perawatan dan
pemeliharaan tanaman kakao yang sebelumnya dicanangkan kepala daerah,
diharapkan dapat meningkatkan hasil produksinya.
"Intinya saya mau katakan bahwa,
komoditas kakao di Papua telah memiliki pangsa pasar yang baik, harga bagus dan
kualitas terjamin. Tapi sayangnya produksinya belum maksimal.
"Untuk itu, kami terus mendorong produksi
komoditas kakao sehingga ke depan dapat memenuhi permintaan dalam negeri,” kata
dia.
Pada kesempatan itu, Jhon mengatakan bakal kembali
mengembangkan sentra perkebunan kakao di sejumlah kabupaten, diantaranya,
Sarmi, Keerom, Nabire dan Yapen.
“Sebab dengan pengembangan sentra perkebunan kakao itu,
diharapkan bisa meningkatkan hasil produksi conklat di Papua," terangnya.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya bakal mendorong perluasan
areal perkebunan, dengan mengembangkan pemeliharaan kebun kakao.
“Dengan perluasan ini diharapkan hasil produksi coklat
kedepan akan lebih meningkat dibanding sebelumnya,” pungkasnya.