Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Papua segera menyikapi melambungnya hargai cabai di seluruh
Papua yang saat ini telah menembus Rp200 ribu per kilo.
“Kita akan segera duduk bersama dengan dinas
terkait untuk menyikapi kenaikan harga cabai. Dengan harapan supaya harga cabai
di masa mendatang bisa stabil dan dapat dijangkau oleh masyarakat,” kata Kepala
Disperindag Papua Max Olua di Jayapura, Selasa (21/3).
Max mengatakan, kenaikan harga cabai di Kota
Jayapura sangat tinggi dan membebani masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya
menilai perlu ada penanganan mulai dari pendistribusian cabai dari hulu ke
hilir, sehingga harga jualnya di masa mendatang dapat lebih terjangkau.
Sementara untuk jangka panjang, kata Max, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan mendorong pembangunan pasar rakyat induk di lima
kawasan adat Papua wilayah adat, yakni Saereri, Mamta, Me Pago, La Pago dan
Ha’anim.
Rencana pembangunan pasar rakyat di tiap-tiap wilayah
adat tersebut, bertujuan untuk memutuskan mata rantai harga di Papua yang terlampau tinggi hingga membebani konsumen.
“Sebab kita ingin supaya harga-harga di
seluruh pasar yang ada di tanah ini sama dan tidak membebani masyarakat. Hal
ini sebagaimana keinginan dan arahan maupun kebijakan nawacita presiden Jokowi.
Termasuk visi dan misi Gubernur Papua menuju Papua Bangkit, Mandiri dan
Sejahtera,” kata dia
Dia mengharapkan, pembangunan pasar induk di
lima wilayah adat dapat menekan harga sembilan bahan pokok pada lima wilayah
adat. Termasuk pendistribusian barang-barang kebutuhan masyarakat di setiap pasar
induk.
“Dengan begitu kedepan masyarakat tidak hanya
terfokus ke kota Jayapura untuk membeli sembilan bahan pokok,” tutupnya.