Badan Pusat Statistik (BPS)
Papua mencatat Kabupaten Merauke mengalami inflasi tertinggi di seluruh
Indonesia. Dimana pada Maret lalu, nilai inflasi di Merauke mencapai 1,24
persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) masing-masing sebesar 135,67.
Hal demikian disampaikan Kepala BPS Papua
Simon Sapary, Senin (3/4) kemarin, di Jayapura.
Menurut dia, inflasi di Merauke terjadi karena
adanya kenaikan harga barang dan jasa yang ditunjukan oleh naiknya indeks pada
kelompok pengeluaran, seperti bahan makanan 3,64 persen; perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar 0,98 persen; sandang 0,20 persen; pendidikan,
rekreasi, dan olahraga 0,19 persen; serta kesehatan 0,17 persen.
“Namun
yang paling mengkhawatirkan adalah kenaikan harga cabai. Sehingga kita imbau
perlu ada antisipasi dari pemerintah daerah setempat, agar inflasi tak sampai
berlanjut di masa mendatang,” kata dia.
Kenaikan inflasi tak hanya terjadi di Merauke,
hal serupa juga terjadi di Kota Jayapura namun lebih rendah. Yakni, 0,95 persen
dengan nilai IHK 129,03.
Inflais Kota Jayapura pada Maret lalu
dikarenakan adanya kenaikan harga barang dan jasa yang diantaranya ditunjukan
oleh kenaikan indeks pada kelompok pengeluaran, seperti bahan makanan 3,21
persen; makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,94 persen.
“Sama halnya dengan Merauke, kenaikan hargai
cabai juga ikut memicu inflasi di Kota Jayapura. Sehingga kita harap insitusi
setempat bisa mengambil langkah-langkah kedepan untuk mencegah kelangkaan
maupun kenaikan harga cabai,” imbaunya.
Sekedar diketahui, dari 82 kota IHK tercatat
33 kota mengalami inflasi dan 49 deflasi. Inflasi tertinggi dilaporkan terjadi
di Merauke dan terendah di Banjarmasin serta maupun Tembilahan, sebesar 0,031
persen.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung
Pandan -1,49 persen, sementara terendah di Padang dan Purwokerto -0,01 persen.
Kora Jayapura menempati urutan ketiga di tingkat
nasional dan Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua). Sementara Merauke menempati
urutan pertama di tingkat nasional maupun Sulampua.