Menurut sejumlah penelitian, rumput laut Papua
merupakan salah satu yang terbaik di dunia. Kualitas rumput laut dari Papua pun
banyak di buru oleh negara-negara di dunia, namun hasil pembudidayaannya masih
dalam skala kecil. Sehingga belum mampu memenuhi permintaan pasar.
Oleh sebab itu, instansi terkait diminta
segera melakukan langkah antisipatif serta mencari solusi agar hasil
pembudayaan rumput laut Papua dapat memenuhi permintaan pasar.
“Saya rasa perlu ada langkah-langkah yang
diilakukan instansi terkait supaya bisa mencari solusi supaya rumput laut Papua
bisa di ekspor. Sebab kualitasnya sangat mendunia, namun sekali lagi karena
budi dayanya masih dilakukan tradisional sehingga belum bisa diproduksi dalma
jumlah yang banyak,” kata Asisten Bidang Perekonoian dan Kesejahteraan Rakyat
Sekda Papua, Elia Loupatty, di Jayapura, pekan kemarin.
Menurut dia, Pemprov Papua tengah mendorong
dibukanya pelayaran antar negara untuk mendorong ekspor. Pelayaran tersebut
diharapkan bisa dimanfaatkan oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
untuk mendorong ekspor seluruh komiditi yang dihasilkan dari negeri ini.
“Salah satunya tentu adalah rumput laut.
Makanya, saya harap instansi terkait kerja keras untuk hal ini. Sebab Gubernur juga
berharap agar jangan hanya kayu saja yang diekspor ke luar negeri”.
“Apalagi nanti akan ada pelayaran dari
Jayapura - Port Moresby (PNG) – Darwin (Australia). Kemudian akan kembali lagi
ke Jayapura melalui Pelabuhan Bitung dan Sorong. Sehingga saya harap ini bisa
dimanfaatkan supaya ekonomi masyaraka Papua bisa meningkat,” ucap dia.
Senada disampaikan Gubernur Papua Lukas Enembe
yang menyebut potensi budidaya rumput laut Bumi Cenderawasih mencapai 18 ribu
hektar yang tersebar di dua wilayah adat, yakni Saireri dan Mee Pagi.
Dimana untuk wilayah Saireri penyebarannya
berada di Biak Numfor 6.000 hektar, Supiori 3.500 hektar dan Yapen 6.000
hektar. “Sementara di Mee Pago hanya terdapat di Nabire dengan luas 2.500
hektar,” kata dia.
Sayangnya, lanjut Lukas, pembudidayaan rumput
laut di Papua masih dikelola secara tradisional (usaha keluarga), sementara
industri berskala besar belum ada.
“Padahal rumput laut bisa menjadi primadona bagi para
pembudidayanya. Belum lagi ada potensi lain yang belum dikembangkan seperti
teripang, kerapu, kepiting dan beberapa jenis ikan lainnya. Untuk itu, saya
imbau instansi terkait agar bisa mencari solusi untuk bisa mengembangkan
komoditi ini,” tuturnya.