Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan
Pemerintah Provinsi Papua, diminta mendorong swasembada komoditas di wilayah
kabupaten. Hal demikian agar perekonomian masyarakat pedagang dapat terus
bertumbuh di provinsi ini.
“Sudah saatnya kita mulai memikirkan swasembada. Misalnya
kalau Timika swasembada telur, lalu Merauke beras, ini pasti sudah merupakan
satu hal yang luar biasa. Mungkin setiap kabupaten tidak usah banyak-banyak”.
“Minimal per kabupaten satu komoditas yang swasembada dan
itu sudah luar biasa. Ini berarti kegembiraan kita bersama dan pasti akan
sangat menguntungkan rakyat,” tutur Asisten Bidang Perekonomian dan
Kesejahteraan Rakyat Sekda Papua, Elia Loupatty di Jayapura, Selasa (25/4).
Asisten juga meminta pemerintah kabupaten dan kota membuat
brand (logo/merk,red) terhadap hasil komoditas unggulannya. Sehingga dapat
menjadi ciri khas komoditas unggulan daerah, agar cepat dikenal dunia luar.
Senada disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Daerah (Balitbangda) Papua Laduani Ladamai. Ia mencontohkan madu di Wamena dan
buah merah di Tolikara yang dapat dinamai sesuai karakteristik daerah.
Dengan begitu, pihaknya yakin komoditas unggulan Papua akan
lebih menarik dan dikenal banyak pihak. “Bahkan bisa lebih mendunia karena
memiliki brand dengan ciri khas budaya lokal,” kataya.
Laduani juga mendorong agar Papua kedepan tak lagi menjadi
daerah yang membeli satu komoditi, tetapi menjadi daerah penyuplai atau penjual
ke luar daerah.
“Misalnya, potensi coklat Papua memiliki 33 ribu hektar.
Sehingga jika kita maksimalkan 1 hektar saja itu mendapat 1 ton per tahun”.
“Kemudian komoditas ini diolah di Papua lalu dibuat coklat
batangan. Sehingga coba dibayangkan berapa juta batang coklat yang dihasilkan
dari Papua. Mungkin ini kalau kita tangani serius harga coklat di Papua bisa
menjadi yang termurah di dunia,” katanya.