Gubernur Papua Lukas Enembe menilai proses
dialog terbuka dengan mengundang kelompok pro referendum, merupakan
satu-satunya solusi untuk menyelesaikan kasus Hak Asasi Manusia (HAM) di Bumi
Cenderawasih.
“Tak ada cara lain. Hanya dengan mengundang kelompok
(pro referendum) seperti Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dan United
Liberation Movement for West Papua (ULMWP) lalu sama-sama (duduk serta
berdialog) masalah bisa diselesaikan,” terang Lukas di Jayapura, usai menerima
kunjungan kerja Dubes HAM Belanda, Kees van Baar, di Gedung Negara Dok V Atas
Jayapura, Kamis (4/5).
Lukas meminta pemerintah pusat meniru cara
penyelesaian seperti di Aceh. Dimana, semua pihak yang terkait didudukan pada
satu tempat, selanjutnya berdialog untuk menyelesaikan setiap persoalan yang
terjadi.
“Sebab kalau tidak maka Papua akan begini
terus. Yang mana persoalan di bumi cenderawasih belum pernah akan selesai,”
katanya.
Gubernur pada kesempatan itu mengaku sudah
menyampaikan persoalan HAM di Papua kepada Dubes HAM Belanda, Kees van Baar.
Kendati demikian, Lukas pun sempat mengkritik sikap Pemerintah Belanda pada saat menduduki Papua, memberikan janji
dan ideologi “tipu-tipu” kepada masyarakat.
Kemudian pada akhirnya, ideologi tersebut
dilanjutkan oleh generasi berikutnya sehingga memunculkan konflik.
“Sebenarnya orang belanda juga bikin kesalahan
besar sehingga akibatnya masyarakat Papua berkelahi terus sampai hari ini.
Sesungguhnya kita tidak mau terima orang Belanda, karena mereka bikin janji
kepada warga Papua, hingga akibatnya sampai saat ini banyak orang jadi korban”.
“Nah janji ideologi ini bermasalah dengan polisi dan
tentara hingga berdampak pada masyarakat biasa hingga tertembak mati atau jatuh
korban dari TNI/Polri. Kemudian isunya jadi besar hingga mendunia. Karena itu,
memang hanya denga membuka dialog persoalan Papua pasti selesai. Dan kalau
tidak maka akan dibawa terus,” pungkasnya.