Gubernur Papua Lukas Enembe menduga ada
kelompok garis keras (radikal dan anti pancasila) yang menyusup menjadi anggota
TNI dan Polri.
Lukas juga meminta Pangdam dan Kapolda di
Papua agar segera melakukan antisipasi guna menyikapi penyusupan kelompok
ideologis ke militer TNI maupun Polri.
“Karena di TNI dan Polri ini ada kelompok
garis keras yang masuk, itu harus kita akui”.
“Karenanya saya minta Pangdam dan Kapolda
harus lihat anggotanya baik. Jangan sampai (ada) penyusupan kelompok ideiologis
masuk di institusinya. Ini bisa berdampak mengganggu stabilitas situasi
keamanan Papua,” terang dia.
Lukas menganalisa kejadian dugaan pembakaran
“alkitab” disusupi oleh garis keras yang ada di tubuh TNI. Ia sedikit lega bila
karena yang dibakar bukan al quran, sebab berpotensi memunculkan konflik yang
lebih besar, dibanding kejadian di Padang Bulan, beberapa waktu lalu.
“Saya pikir kalau yang dibakar (al quran) bisa
rusak (kacau,red) Papua. Apakah itu murni atau rekayasa kita memang belum tahu
betul. Oleh karena itu, saya imbau kita harus jaga situasi (tetap aman dan
damai). Karena kalau al quran yang dibakar, mungkin bisa lebih dasyat lagi
(konfliknya),” ujar dia.
Pada kesempatan itu, Lukas memuji organisasi
Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang lebih dewasa dalam berdemokrasi
dibanding Front Pembela Islam (FPI) dibawah komandi Habib Rizieq. Dimana, KNPB
dinilai selalu taat pada hukum, serta menghormati kepentingan umum dalam
berorasi.
“Sesungguhnya saya harus katakan lebih hebat
KNPB daripada kelompok muslim yang radikal sepeti FPI. Mereka berdemo hingga
diduga ingin menurunkan Jokowi. Bahkan bahkan Habib Riziq yang tengah
tersandung masalah hukum saat tiba di Bandara Cengkareng Jakarta bakal dijemput
2.000-an massa”.
“Ini bagaimana? FPI lebih jahat dari KNPB. Namun justru
KNPB yang dikejar (aparat) padahal mereka berdemokrasi dengan bagus,” ucapnya.