Pemerintah Provinsi Papua mengakui keterwakilan kaum
perempuan di dunia politik masih sangat kurang. Untuk Pilkada 28 kabupaten dan
1 kota di Bumi Cenderawasih baru-baru ini, jumlah calon kepala daerah dari kaum
perempuan yang maju pun masih sangat kurang.
Hanya Kabupaten Mimika, Nabire, Jayawijaya, Kota dan
Kabupaten Jayapura serta Sarmi yang diikuti oleh kaum perempuan. Pun begitu,
hanya satu orang yang dilantik sebagai wakil bupati di Kabupaten Sarmi.
Hal ini sebagaimana dikatakan, Staf Ahli Gubernur Papua
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Sumber Daya Manusia, Anni Rumbiak, pada kegiatan
kepemimpinan perempuan potensial calon kepala daerah kerjasama Kementerian
Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak RI dengan Dinas Pemberdayaan
Perempuan, Perlindungan Anak dan Keuarga Papua, Selasa (6/6) di Jayapura.
Letak permasalahannya, lanjut dia, antara lain karena
perhatian terhadap perempuan di bidang politik Indonesia, baru muncul
belakangan, satu abad setelah era Kartini. Karena lamban, sampai saat ini
tingkat partisipasi perempuan dalam bidang politik pun turut rendah.
“Dimana fakta menunjukan sepuluh kali Pemilu, bahkan di 2009
dan 2014 yang dianggap paling demokratis pun, keterwakilan perempuan dalam
struktur kekuasaan dan proses pengambilan keputusan maupun perumusan kebijakan
publik masih tetap rendah”.
“Baik di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif
dimana pada Pilkada serentak 2018, dari 264 daerah di Indonesia terhadap 46
perempuan tampil sebagai pemenang, 24 terpilih sebagai kepala daerah dan 22
sebagai wakil. Secara nasional ini tentunya cukup menggembirakan,” kata dia.
Sementara jika dilihat dari latar belakang politiknya,
tambah dia, perempuan-perempuan yang terpilih sebagai kepala daerah melalui
Pilkada serentak 2018 umumnya dari parpol dan petahana yang masing-masing
mencapai 50 persen.
Diikuti oleh mereka yang dari latar kekerabatan, mantan
anggota parlemen, pengusaha, serta organisasi kemasyarakatan dan organisasi non
pemerintah.
“Sebenarnya perempuan dari segala aspek cenderung
memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki untuk jadi pemimpin. Tapi dalam
kenyataan, saat ini masih sangat sedikit perempuan yang memegan tampuk
kepemimpinan di jabatan publik di negeri ini. Sehingga itulah persoalan yang
perlu dibenahi oleh pemerintah dan negara,” pungkasnya.