Guna mengantisipasi lonjakan harga daging sapi
di bumi cenderawasih jelang hari raya Lebaran pada akhir bulan ini, Pemerintah
Provinsi Papua melalui dinas peternakan bakal melakukan intervensi pasar.
Menurut Kepala Dinas Peternakan Papua Petrus
Pasereng, intervensi pasar yang dilakukan yakni dengan menarik (membeli) sapi
penggemukan yang dipelihara masyarakat.
“Untuk selanjutnya pemerintah beli dan
kemudian dijual kembali kepada masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau.
Sehingga harapannya masyarakat yang akan merayakan Lebaran, tidak terbebani
dengan harga jual daging sapi yang mahal,” kata Petrus di Jayapura, Kamis (15/6).
Petrus juga membantah kabar pemberitaan yang
menyatakan, Pemerintah Provinsi Papua bakal memberlakukan impor daging sapi ke
Papua guna memenuhi kebutuhan masyarakat saat hari raya Lebaran.
Hal itu tak perlu dilakukan, sambung dia,
sebab stok daging sapi di Provinsi Papua dalam pposisi swasembada. “Sehingga
kita yakin mampu memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat yang ada di tanah ini”.
"Apalagi pemerintah provini sudah
berkomitmen menyediakan kebutuhan daging bagi umat muslim yang akan merayakan
Lebaran. Karena itu, sekali lagi saya yakinkan kepada masyarakat untuk tidak
perlu khawatir dengan stok daging sapi di Papua. Karena saat Lebaran semuanya
akan terpenuhi dan dijual dengan harga terjangkau,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, ia juga memastikan
ketersediaan sapi kurban pada hari raya Lebaran dan cukup memenuhi permintaan
masyarakat di Bumi Cenderawasih.
“Yang jelas
kita siap untuk sapi kurban atau lainnya. Intinya kita menyesuaikan dengan
jumlah yang mau berkurban. Dimana saat ini total sapi kita yang ada di Papua
102 juta ekor. Katakanlah 15 persen dari angka itu siap untuk dipotong,” terang
dia.