Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai
Tukar Petani (NTP) Provinsi Papua pada Juni 2017 mengalami penurunan -0,51
persen dengan indeks 95,04 dibanding bulan sebelumnya 95,52 persen.
Menurut Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS
Papua Bambang Ponco Aji, penurunan terjadi akibat adanya perubahan indeks harga
diterima petani (It) lebih kecil dari harga dibayar petani (Ib). “Terlihat
jelas bahwa It mengalami kenaikan 0,38 persen dan Ib mengalami kenaikan 0,89,”
terang dia di Jayapura, Senin (3/6) kemarin.
Berbeda dengan Papua, NTP secara nasional
mencapai 100,53 atau naik 0,38 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal itu
terjadi karena perubahan indeks harga diterima petani lebih tinggi dari yang
dibayar petani.
“Dimana indeks harga diterima petani mengalami
kenaikan 0,60 persen dan harga dibayar petani pun naik 0,22 persen,” katanya.
Sementara pada NTP Juni 2017 lalu, tercatat
ada tiga subsektor yang memiliki nilai NTP dibawah 100. Yakni, NTP subsektor
pangan 86,07; NTP subsektor peternakan 99,16 dan NTP subsektor perikanan 98,26.
Sementara dua subsektor lainnya yang memiliki NTP
diatas 100, yakni holtikultura 100,60 dan tanaman perkebunan rakyat 101,15.
Simon menambahkan, dari 33 provinsi yang
dihitung NTPnya, tercatat sebanyak 13 mengalami kenaikan dan 20 sisanya
menurun. Dimana Provinsi Banten tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi,
yakni 1,34 persen dan Kepulauan Riau menjadi terendah sejumlah 0,004 persen.
“Sedangkan Bangka Belitung tercatat sebagai
provinsi dengan penurunan indeks terbesar, yaitu -1,42 persen dan Kalimantan
Timur -0,01 persen,” jelasnya.
Disinggung untuk inflasi pedesaan, lanjut
Simon, pada Juni 2017 tercatat mengalami inflasi (kenaikan harga barang dan
jasa secara umum) 1,10 persen. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan indeks pada
semua sub kelompok.
“Bahkan secara nasional 27 provinsi mengalami
inflasi pedesaan dan hanya enam yang terhadi deflasi atau penurunan harga
barang dan jasa secara umum. Ini bisa kita lihat dimana Gorontalo menjadi
daerah dengan inflasi pedesaan tertinggi mencapai 2,30 persen dan Bali terendah
mencapai 0,02 persen”.
“Sedangkan deflasi pedesaan tertinggi terjadi di
Sumatera Barat -0,54 persen dan terkecil tercatat di Jawa Tengah -0,06 persen,”
pungkasnya.