Komisi Pemilihan Umum (KPU) Papua meminta
waktu dua hari untuk menyampaikan perincian usulan anggaran Pilkada Gubernur
(Pilgub) 2018, yang mencapai Rp 1,26 triliun.
Hal demikian menanggapi permintaan Sekda Papua
Hery Dosinaen yang menuntut perinciaan setiap penggunaan anggaran yang
diusulkan KPU Papua untuk Pilgub 2018.
“Yang mereka (Pemprov) minta kita harus
rincikan. Makanya kami dari KPU Papua minta diberi kelonggaran selama dua hari.
Setelah itu, akan langsung disampaikan kepada Pemprov dalam bentuk Prosedur
Operasional Kegiatan (POK),” terang Ketua KPU Papua Adam Arisoi, pada rapat
pembahasan Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) di Jayapura, Senin (14/8).
Dijelaskan, anggaran yang disampaikan oleh KPU
Papua, diposting secara global (umum). Misalnya untuk pelaksanaan sosialisasi
di 29 kabupaten dan kota, hanya mencantumkan satu itemnya senilai Rp 120 juta.
“Nilai itu kemudian yang kita kalikan 29
kabupaten dan kota, sehingga dapat nilai biaya yang diusulkan sekitar Rp2
miliar lebih”.
“Namun jika diminta ada perincian maka kita
akan jelaskan Rp 120 juta itu untuk apa saja. Seperti, kami pakai ongkos
transportasi ke Puncak Jaya. Lalu kami bayar pesawatnya berapa, kemudian bayar narasumbernya
berapa, ini yang akan kita segera sampaikan,” terang Adam.
Sementara kegiatan pembahasan NPHD Pilgub
Papua, kemarin, juga dipantau langsung oleh Dirjen Otonomi Daerah Kementerian
Dalam Negeri, Sonny Sumarsono.
Ia menilai, Pemprov Papua tak salah meminta
perincian anggaran Pilgub Papua oleh KPU. Sebab apakah masuk akal jika
pembahasan perencanaannya Pilkada saja nilainya mencapai Rp300 juta. Kemudian
untuk sekedar penandatangan NPHD, apakah butuh biaya Rp 500 juta?.
“Memang hal seperti ini perinciannya harus
dibahas. Lalu kemudian ada rasionalisasi untuk memperoleh anggaran yang
dibutuhkan, bukan berlebih atau kurang. Intinya pembahasan kali ini untuk
merasionalisasikan kebutuhan anggaran, ditengah-tengah situasi sulit Pemprov
Papua untuk menganggarkan”.
“Bayangkan Rp 1,26 triliun itu hanya untuk KPU Papua.
Belum lagi ada usulan Bawaslu dan pihak keamanan. Total bisa mencapai Rp 2,5
trilun dan resikonya bisa sedot angggaran yang sebetulnya untuk publik. Makanya
ada rasionalisasi supaya seluruh anggaran itu masuk akal dan Pilkada bisa
diselenggarakan dengan baik,” pungkasnya.