Dibekali dengan anggaran Rp 850 miliar, Komisi
Pemilihan Umum (KPU) tak berani menjamin angka partisipasi pemilih dalam
Pilkada Gubernur (Pilgub) 2018 di Papua, bakal meningkat.
Hal ini dikatakan Komisioner KPU Papua Beatrix
Wanane di Jayapura, Rabu kemarin dalam keterangannya kepada wartawan.
Dia katakan, apabila dalam Pilkada Gubernur
terjadi penurunan angka partisipasi pemilih, itu dampak dari tidak
tersosialisasinya pelaksanaan Pilgub oleh KPU Papua. “Sebab bagaimana mau melakukan
sosialisasi, kalau anggaran yang disediakan oleh pemerintah provinsi tidak
tertunjang,” sebut dia.
Ia pun melanjutkan, bahwa untuk mensukseskan
sebuah Pilkada Gubernur, Bupati maupun Legislatif, tak terlepas dari kegiatan sosialisasi
yang dilakukan oleh KPU. Suksesnya Pilkada juga tak hanya berbicara mengenai
sebuah pentahapan, namun sosialisasi tentang pelaksanaan pencoblosan maupun
aturan bakunya kepada publik.
“Dengan sosialisasi ini, publik bisa tahu bahwa
pada 28 Juni 2018 nanti mereka akan memilih pemimpin mereka yang akan membawa
provinsi ini selama lima tahun kedepan. Sehingga dana sosialisasi itu sebenarnya
jangan dipotong-potong (oleh pemerintah daerah),” keluhnya.
Senada disampaikan Ketua KPU Papua Adam
Arisoi. Menurut dia, sebenarnya tingkat partisipasi pemilih di Papua paling
rendah di Indonesia. Hanya saja, Provinsi Papua ditunjang dengan pemilihan sistem
noken pada sejumlah wilayah di pegunungan tengah.
“Sebab sekarang ini orang akan berpikir untuk pergi
nyoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS). Mereka akan pikir apa untung dan
ruginya untuk ke TPS. Kalau tidak ada untungnya maka lebih baik mereka bekerja
melaut atau bertani ketimbang ke TPS yang tidak mendapatkan keuntungan
apa-apa,” katanya.
Oleh karenanya, Adam meminta semua pihak agar
tak menyalahkan KPU bila angka partisipasi pemilih pada Pilgub Papua minim.
Sebab lembaga penyelenggara Pilkada di tingkat provinsi ini berjalan dengan anggaran
seadanya.
“Tentunya bukan berarti kita tidak bekerja
keras dengan dana yang disediakan oleh pemerintah provinsi. Tentunya kita
bekerja dengan memaksimalkan dana yang ada”.
“Namun jika anggaran kurang kita berupaya meminta
pengajuan penambahan anggaran di tahun depan. Bila kekurangan, semoga ada
penambahan untuk suksesnya pelaksanaan Pilgub 2018 mendatang,” tuntasnya.