Tingkat kesehatan masyarakat di Provinsi Papua
menurut laporan pemerintah sampai saat ini tergolong masih rendah. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya kebiasaan merokok di usia muda, antara 10-14 tahun.
Dilain pihak, rendahnya status kebugaran
jasmani para remaja juga terlihat dari serangkaian tes, akibat kurangnya minat
untuk berolahraga. Tak ketinggalan, pola makan yang keliru akibat hubungan erat
dengan etnik, faktor tradisional maupun cara penyajian yang tidak sehat,
menjadi salah satu penghambat.
Berkenaan dengan hal itu, Gubernur Papua Lukas
Enembe meminta masyarakat untuk mulai memikirkan masalah kesehatan sejak dini,
sebab penyakit jantung dan pembuluh darah telah menjadi salah satu masalah
kesehatan dan penyebab kematian yang utama.
“Sebab ada peningkatan prevalensi jantung
bawaan yang membutuhkan perhatian lebih saat ini. bahkan data tersebut
menunjukan perlunya pemberian perhatian yang serius pada upaya pengendalian
penyakit jantung dan pembuluh darah”.
“Bukan saja pada aspek kuratif dan
rehabilitatif, tetapi justru pada hal penyuluhan dan pencegahan supaya jumlah
kasus seperti itu tidak terus meningkat, tapi makin dikurangi,” terang Staf
Ahli Gubernur Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia, Anni Rumbiak pada
Pendidikan Pelatih Dasar Klub Jantung Sehat, Kamis (2/11) kemarin, di Jayapura.
Anni juga berharap berhadap kepada club-klub
jantung dengan berbagai kreatifitas dapat menarik minat masyarakat untuk gemar
berolahraga. “Yang pasti kita apresiasi Yayasan Jantung Indonesia Cabang Utama
Papua yang berdiri sejak tahun1972 dan telah mengabdikan diri untuk menciptakan
masyarakat Papua yang sehat”.
“Saya berharap Yayasan Jantung Indonesia agar
dapat meningkatkan kualitas pelayanan guna membantu masyarakat Papua terhindar
dari Penyakit Jantung dan pembuluh Darah,” harap dia
Sementara terkait dengan pelatihan dasar (PO)
jantung sehat, Anni berpesan agar terus melakukan inovasi sehingga kegiatan
yang digelar dalam rangka mengajak masyarakat untuk hidup sehat.
Apalagi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi
bahwa pada tahun 2030 sekitar 23,6 juta orang akan meninggal karena penyakit
Kardiovaskuler. Sementara prediksi para ahli, penyakit jantung dalam kurung
waktu lima tahun mendatang akan menderung tetap menjadi perhatian utama masyarakat,
khususnya pengambil keputusan dalam bidang kesehatan.