Survei International Foundation for Election Systems (IFES) menunjukkan, Partai Golkar paling mampu mewakili aspirasi rakyat. Sekalipun tidak bisa menjadi dasar informasi potensial mengenai persentase suara dalam pemilu nanti, hasil survei ini menunjukkan bahwa mayoritas responden lebih mengunggulkan Golkar daripada partai-partai lain dalam urusan aspirasi.
Hasil survei IFES itu dipublikasikan di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Rabu, oleh Project Officer IFES David Dewata dan pimpinan Polling Center IES Thomas Rahardi Ramelan. Survei itu sendiri merupakan gelombang pertama dan kedua dari 20 gelombang yang direncanakan.
Bagi Ketua Umum DPP Partai Golkar, hasil survei IFES ini menunjukkan bahwa kader-kader Golkar senantiasa memperhatikan kepentingan rakyat. "Kami bersyukur. Itu berarti, kader partai memperhatikan apa yang saya sampaikan dalam banyak kesempatan pada kunjungan saya ke daerah-daerah. Itu membuat kami semakin yakin dan konfiden memasuki Pemilu 2004," katanya.
Akbar bertekad berjuang all out memenangkan Golkar dalam Pemilu 2004. "Kami bertekad meraih suara yang signifikan. Syukur bisa menang. Tapi untuk itu harus kerja keras, karena tidak mungkin kemenangan bisa diraih tanpa kerja keras dan menyakinkan rakyat bahwa partai ini bisa dipercaya serta menjadi harapan," katanya.
Pilih Golkar
Menurut Ramelan, survei nasional IFES dilakukan terhadap 3.000 responden di 32 provinsi pada Juni 2003. Gelombang I survei dilakukan 13-18 Desember 2003 (1.250 responden) dan gelombang II 12-15 Januari 2004 (1.250 responden). Dari pertanyaan tentang partai mampu mewakili aspirasi, sebanyak 19,9 persen responden pada Desember 2003 memilih Golkar. Atas pertanyaan serupa yang diajukan pada Januari 2004, angka itu naik menjadi 27,1 persen.
Untuk pertanyaan yang sama, PDIP pada Desember 2003 mendapat 13,0 persen responden. Sedangkan pada Januari 2004 angka itu mengalami peningkatan tipis menjadi 13,1 persen. Partai-partai lain seperti PAN, PPP, PKB, PBB, PKS, PBR, juga PKPI untuk pertanyaan tersebut masing-masing memperoleh di bawah 10 persen, baik survei pada Desember 2003 maupun Januari 2004.
Tetapi pada pertanyaan menyangkut Pemilihan Presiden 2004 berdasarkan lokasi penduduk (rural dan urban), terungkap bahwa Megawati Soekarnoputri merupakan kandidat paling potensial, yaitu Juni 2003 untuk wilayah rural mendapat 16 persen dan wilayah urban 11 persen. Sementara Desember 2003, untuk rural dia meraih 15,12 persen dan untuk urban 22,44 persen. Pada Januari 2004, angka itu mengalami sedikit penurunan menjadi 14,17 persen (rural) dan 13,62 persen (urban).
"Jadi, kita bisa lihat di sini bahwa Ibu Megawati sangat kuat di daerah rural. Kenapa Ibu Megawati memimpin, karena base-nya memang rural. Kita tahu, rural lebih besar daripada urban," tutur Ramelan.
Sementara itu, Amien Rais yang pada Juni 2003 mendapat 3 persen (rural) dan 5 persen (urban). Desember 2003, angka itu naik menjadi 5,37 persen (rural) dan 11,6 persen (urban). Januari 2004, angka itu naik lagi menjadi 10,07 persen (rural) dan 13,68 persen (urban).
Seterusnya Susilo Bambang Yudhoyono, Juni 2003 mendapat 10 persen (rural) dan 13 persen (urban). Namun Desember 2003, angka itu mengalami revisi menjadi 3,57 persen (rural) dan 7,18 persen (urban). Januari 2004, angka itu mengalami perbaikan menjadi 6,19 persen (rural) dan 13,16 persen (urban).
Akbar Tandjung menempati urutan keempat sebagai kandidat potensial Presiden 2004. Juni 2003, dia mendapat 4 persen (rural) dan 3 persen (urban) responden. Desember 2003, angka itu naik menjadi 8,34 persen (rural) dan 3,54 persen (urban). Angka itu terus mengalami kenaikan pada saat sampling Januari 2004, yaitu 9,7 persen (rural) dan 5,88 persen (urban).
Kalau pemilih dilihat dari pola jender, Megawati tetap teratas, menyusul Amien Rais, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Akbar Tandjung. Seterusnya adalah Hamzah Haz, Yusril Ihza Mahendra, Sultan Hamenku Bowono X, Jend (pur) Wiranto, Zainuddin MZ, Hidayat Nurwahid, serta Aburrahman Wahid.
Dari hasil survei itu juga diketahui, sampai Desember 2003 responden yang pasti memilih pada Pemilu 2004 baru 28 persen. Sedangkan Januari 2004, angka itu naik menjadi 33 persen. Sebanyak 48 persen lagi belum memutuskan partai yang akan mereka pilih pada Pemilu 2004. Angka itu ternyata membesar pada Januari 2004 menjadi 49 persen.
"Jadi, kita bisa bilang bahwa kurang lebih separuh pemilih kini masih berstatus wait and see. Mereka belum memutuskan partai yang akan mereka pilih," ungkap Ramelan.