Pemerintah kabupaten dan kota, diimbau
melakukan evaluasi program kerja secara intensif guna menghindari tumpang
tindih kegiatan di tahun depan.
Penegasan ini disampaikan Staf Ahli Gubernur
Papua Bidang Politik dan Kesatuan Bangsa (Kesbang), Simeon Itlay, pada rapat
koordinasi pembangunan kesejahteraan sosial Provinsi Papua, Kamis(16/11) di
Jayapura.
Menurut dia, saat ini ada banyak sekali
program nasional yang sementara berjalan namun tak bisa dilaksanakan oleh
pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota. Salah satu kegiatan pemerintah itu,
terdapat di sektor sosial seperti program keluarga harapan (PKH).
Padahal program ini semestinya menjangkau
seluruh masyarakat yang dikategorikan sebagai keluarga miskin. Namun belum
terlaksana secara maksimal di tanah Papua.
Oleh karenanya, melalui rapat koordinasi ini,
diharapkan ada perumusan dan perencanaan program kegiatan yang lebih strategis
dalam menangani masalah kesejahteraan sosial itu.
“Proaktif kabupaten dan kota dalam menjemput
program dan kegiatan strategis seperti PKH diharapkan bisa terselenggara pada
semua kabupaten di 2018 mendatang. Sebab masih ada dua Kabupaten, yakni Waropen
dan Puncak yang belum melaksanakan program ini”.
“Demikian halnya program strategis penanganan
komunitas adat terpendil (KAT) yang saat ini hanya dilaksanakan tujuh
kabupaten. Baik untuk data maupun dukungan dana hingga studi kelayakannya,”
tutur dia.
Dikatakan, menurut data Badan Pusat Statistik
(BPS) 2014, dari jumlah penduduk Papua sejumlah 2.833.381 jiwa, terdapat 435.003
rumah tangga sasaran (RTS) yang sudah mendapatkan program simpanan keluarga
sejahtera (PSKS). Dimana saat ini masih dalam proses penyelesaian pembayarannya
di beberapa kabupaten.
Sementara berdasarkan data dinas sosial dan
pemukiman, dalam kurun waktu 2010 – 2014, untuk fakir miskin dan keluarga
miskin telah diberdayakan sebanyak 15.965 KK di 15 kabupaten dan kota.
Sedangkan untuk KAT telah diberdayakan di 90 lokasi atau sebanyak 23.166 jiwa
(5.671 KK).
Meski begitu, Simeon berharap pemerintah
kabupaten dan kota memperhatikan masalah kemiskinan karena merupakan akar dari
segala permasalahan sosial. Termasuk yang berkaitan dengan berbagai bidang
pembangunan lainnya dan biasanya ditandai dengan adanye pengangguran,
keterbelakangan dan ketidakberdayaan.
“Yang pasti kemiskinan merupakan masalah sosial yang
penanganannya tidak dapat ditunda serta menjadi prioritas utama dalam
pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Hal ini tentunya sangat
memutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpadu secara lintas sektoral
tetapi juga berkelanjutan,” terang dia.