Gubernur Papua Lukas Enembe mengaku heran
dengan laporan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2017 yang
dialami sebuah kabupaten di bumi cenderawasih.
Meski tak menyebut secara gamblang, Lukas
menilai hal seperti itu mestinya tidak harus terjadi bila bupati tak pakai uang
seenaknya.
“Ini tanda bahwa pemerintahan di kabupaten itu
tidak sehat. Lazimnya kalau dalam satu kabupaten paling tidak mengalami Rp 20
miliar defisit APBD-nya. Namun jika defisitnya mencapai diatas Rp 300 miliar,
itu berarti pemerintahannya sudah bangkrut,” cetus Lukas, di sela-sela
pelantikan dua kepala daerah, Selasa (12/12) di Jayapura.
Dia katakan, defisit APBD hingga ratusan
miliar akan sangat berbahaya bagi pemerintahan. Oleh karenanya, kepala daerah
diminta dapat mengelola keuangan daerah dengan sebaik-baiknya serta mengacu
pada aturan perundang-undangan yang berlaku.
“Tolong kepala daerah perhatikan dan gunakan
anggaran susuai sumber pendanaanya. Jangan sampai kita tidak mampu membayar
pengeluaran pemerintahan. Ini sangat berbahaya, sehingga saya minta tolong kita
sehatkan pemerintahan dengan mengelola anggaran sesuai aturan UU,” harapnya.
Gubernur berharap bupati di bumi cenderawasih,
agar mulai berpikir bagaimana mendatangkan pemasukan bagi daerahnya, ketimbang
menghambur-hamburkan uang bukan untuk kepentingan rakyat.
Dia pun mengimbau para kepala daerah lebih
peduli mensejahterakan masyarakat, bijak dalam melakukan pengelolaan keuangan,
sehingga semua peruntukannya menjadi jelas, akurat dan tepat sasaran.
“Sehingga harapan kedepan tak ada lagi APBD kabupaten
yang defisit. Sebab dengan begitu, justru kita membuat masalah baru bagi
daerah,” terang dia.