Pemerintah Provinsi Papua menyatakan kesiapan untuk
mendanai putra dan putri asli bumi cenderawasih, yang ingin mengabdi sebagai
anggota Polri mulai 2018 mendatang.
Gubernur Papua Lukas Enembe bahkan telah
memberi instruksi kepada Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Papua untuk membahas serta mengalokasikan keperluan rekruitmen anak
asli Papua di kepolisian, ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) 2018.
“Terkait perekruitmen anggota kepolisian bagi
pura dan putri Papua, khusus untuk tantama atau bintara”.
“Saya harap (mulai 2018) kita akomodir dalam
APBD. Karena lebih bagus kita siapkan anak-anak kita untuk menjadi anggota
kepolisian dan mengabdi bagi negeri ini,” terang Gubernur Lukas disela-sela
penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Kapolda Papua dengan
Gubernur Papua, tentang pelaksanaan bimbingan dan pelatihan putra dan putri
asli Papua, dalam rangka seleksi penerimaan anggota Polri, Senin (18/12), di
Gedung Negara Dok V Atas, Jayapura.
Lukas menyambut positif program afirmasi Polri
dalam perekrutan kepolisian di Papua, yang mengalokasikan 70 persen untuk putra
dan putri asli provinsi ini. Sayangnya dari pengamatan Gubernur, kebijakan
afirmasi itu belum berjalan sesuai harapan.
“Setiap tahun saya lihat kita gagal penuhi
kuota 70 persen untuk orang asli Papua. Sehingga kita harap dengan
penandatanganan MoU antara pemprov dan kepolisian, bisa lebih maksimal dalam mengakomodir
putra dan putri Papua masuk jadi anggota Polri”.
“Sebab sudah banyak anak-anak kita yang gagal ikut
tes, datang mengadu lalu sampaikan mereka penuhi syarat namun digugurkan. Kemudian yang diangkat bukan dari Papua.
Makanya, kedepan kita harap jangan lagi ada alasan kesehatan, lalu akhirnya
direkrut orang lain yang bukan dari Papua. Ini tidak boleh lagi kami dengar
lagi,” tegasnya.
Kapolda Papua Irjen Pol. Boy Rafli Amar
mengakui kebijakan perekrutan 70 persen anak asli Papua di kepolisian, realitanya
sampai saat ini belum dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Statistik Polda
Papua menyatakan, sekian banyak putra dan putri asli Papua, dinyatakan gugur
karena masalah kesehatan, psikotes dan lainnya.
“Oleh karenanya, kita mendorong program
pembinaan latihan, sebagai langkah mempersiapkan anak-anak asli Papua menjadi
anggota Polri. Sehingga setiap tahun, kita bisa merekrut minimal 70 persen anak
asli Papua, untuk menjadi anggota kepolisian,” kata dia.
Melalui bimbingan dan pelatihan ini,
diharapkan pemerintah kabupaten dan kota dapat mempersiapkan kesehatan, psikologi
serta pengetahuan umum anak-anak Papua, sehingga lebih maksimal dalam mengikuti
tes masuk kepolisian.
“Sehingga diharapkan segala kekurangan putra dan putri
asli Papua ini, dapat ditutupi dengan program pelatihan itu,” pungkasnya.