Badan Pusat Statistik (BPS) Papua mencatat nilai
inflasi Kota Jayapura pada Desember 2017, menempati urutan kesatu di tingkat
nasional dan Sulampua (Sulawesi, Maluku dan Papua).
Inflasi yang terjadi mencapai 2,28 persen
dengan indeks harga konsumen (IHK) 131,75. Hal demikian disampaikan Kepala BPS
Papua Simon Sapari, di Jayapura, Senin (8/1) petang.
Tak hanya Kota Jayapura, lanjut dia, Kabupaten
Merauke pun mengalami inflasi sebesar 0,97 persen dengan IHK 133,77. Kabupaten
yang dijuluki sebagai “kota rusa” ini menempati urutan ke 20 di tingkat
nasional dan ketujuh di Sulampua.
“Kalau secara umum inflasi di Kota Jayapura
karena adanya kenaikan angka indeks pada kelompok pengeluaran barang dan jasa,
diantaranya bahan makanan 0,62 persen; serta kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau 1,96 persen”.
“Sementara di Merauke kenaikan harga barang
dan jasa ditujukan oleh kenaikan angka indeks pada kelompok pengeluaran barang
dan jasa, yaitu bahan makanan 2,31 persen; kelompok makanan jadi , minuman,
rokok dan tembakau 0,01 persen serta sandang 0,32 persen,” kata dia.
Sementara menyinggung mengenai faktor
pendorong terjadinya inflasi di Kota Jayapura, sambung dia, lebih disebabkan
oleh kenaikan harga yang cukup signifikan pada beberapa komoditi, antara lain
angkutan udara, ikan cakalang, bawang merah, ikan bakar, kue kering berminyak,
kangkung dan lainnya.
“Meski begitu, ada beberapa komoditu pula yang
mengalami penurunan harga, antara lain, ikan ekor kuning, mujair, gula pasir,
teri, telur ayam ras dan lainnya,” ucap dia.
Sementara untuk Merauke, tambahnya, inflasi
terjadi karena ada kenaikan harga yang cukup signifikasi pula pada beberapa
komoditi seperti angkutan udara, kacang panjang, kol, mujair, tomat buah dan
lainnya.
“Sementara yang menurun, bawang putih, batu bata,
kangkung, bawang merah dan cabai merah,” terangnya.