Untuk mengantisipasi bencana alam serta dalam
upaya meminimalkan korban jiwa, Badan Penangulanan Bencana Daerah (BPBD) Papua
akan bekerja sama dengan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
untuk menginformasikan tinggi rendahnya curah hujan sepanjang 2018.
Hal demikian disampaikan Kepala Pelaksana BPBD
Provinsi Papua, William H Manderi di Jayapura, baru-baru ini.
Menurut dia, pihaknya akan membuat semacam
kontak grup lewat obrolan media sosial, sehingga ketika ada informasi dari BMKG
menyangkut situasi klimatologi iklim, institusinya segera mengambil tindakan
mengantisipasi.
“Termasuk mengumumkan kepada publik segala
bentuk potensi terjadinya bencana di bumi cenderawasih,” terangnya.
Dia katakan, untuk wilayah Kota Jayapura,
kawasan rawan bencana yang saat ini menjadi pusat perhatian institusinya bila
terjadi hujan deras dengan intensitas tinggi, yakni APO, Polimak, Dok V serta
Dok VII. Seluruh daerah ini dikenal rawan akan terjadinya bencana longsor.
Oleh karena itu, pihaknya mengingatkan
masyarakat di sekitar kawasan itu untuk tidak sembarangan membangun rumah,
apalagi bila berada di lokasi maupun daerah lereng bukit.
“Yang terpenting lagi, agar jangan sampai
melakukan penebangan hutan secara sembarangan di sekitar lereng bukit itu.
Sebab penebangan hutan bisa menyebabkan bencana longsor,”terangnya.
Diakuinya, BPBD Provinsi Papua masih
kekurangan sarana pendukung dalam melakukan tanggap darurat terhadap bencana
alam. Kekurangan tersebut diantaranya, mobil ambulance, mobil toilet dan water
treatment serta togar light.
Karena itu, pihaknya sangat berharap agar tahun
ini mendapat bantuan dari Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB). “Usulan sudah
disampaikan kini tinggal menunggu respon dari BNPB,” ucap dia.
Sekedar diketahui, saat ini BPBD Papua hanya memiliki
sekitar 20-an peralatan besar hingga kecil. Diantaranya kendaraan roda dua dan
empat, yang juga dimiliki BPBD Kota dan Kabupaten Jayapura, Keerom serta Sarmi.