Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute
(TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengaku belum mendapat ajakan dari bakal
calon Presiden maupun partai politik tertentu, dalam Pilpres 2019 mendatang.
Meski begitu, dia mengaku siap bila ajakan itu
pada akhirnya datang dikemudian hari. Itu sebabnya, dia mengaku sebagai
politisi dirinya hanya bisa mempersiapkan diri melalui sejumlah kunjungan kerja
dan pendekatan agar lebih mengenal dan dikenal oleh masyarakat.
“Pada intinya saya belum pernah diajak bicara
oleh siapa pun, apalagi untuk dipasang-pasangkan dengan calon mana pun. Saya
hanya fokus pada proses yang saya jalankan sekarang sampai saatnya nanti Tuhan
yang menentukan”.
“Intinya sekarang ini, saya ingin selami dunia
politik dengan baik. Saya punya keyakinan dalam politik bisa ditempuh cara baik
dan beretika. Kalau di militer sudah dipastikan dalam tiga atau empat tahun
kedepan ada kenaikan pangkat dan jabatan. Dalam politik tidak ada yang pasti
karena segala sesuatu terjadi cepat dan cair. Makanya, saya hanya bisa
persiapkan diri, selebihnya saya serahkan kepada Tuhan,” terang AHY, dalam
keterangan pers di Rumah Laut Jayapura, Senin (22/1) sore.
Dia akui, dalam setiap kunjungan ke sejumlah
daerah, dirinya sulit mengelak dari asumsi publik yang menyebut setiap
gerak-geriknya bermotif politik. Yang sebenarnya terjadi, lanjut AHY, setiap kunjungan
itu merupakan buah dari komitmennya yang kemarin belum berhasil dalam Pilkada
DKI Jakarta.
Kegagalan yang diraihnya, justru tak memudarkan
semangatnya untuk lebih berkontribusi bagi masyarakat Indonesia dimana pun
berada.
“Yang pasti, saya perlu mengenal karakteristik
lokal masyarakat di seluruh Indonesia. Supaya saya bisa memberi solusi bagi
masyarakat bangsa dan negara. Sehingga meski saya belum ada jabatan formal apa
pun di pemerintahan, saya peduli terhadap generasi muda supaya bisa memberi energi
positif maupun pemikiran dan solusi nyata,” katanya.
Dia tambahkan, saat ini pelaksanaan Pilpres
tak terlepas dari petahana Jokowi dan lawannya terberatnya Prabowo Subianto.
Suasana ini masih seperti Pilpres 2014 lalu.
Dilain pihak, Mahkamah Konstitusi baru-baru
ini menyatakan bahwa dukungan untuk maju dalam Pilpres, Partai politik atau
gabungan parpol harus memiliki 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah
nasional pada pemilu 2014 lalu.
“Tapi sekali lagi saya katakan bahwa politik ini cair.
Meski baru mengemuka dua koalisi besar, kemungkinan bisa ada poros ketiga. Yang
jelas mari simak bersama, termasuk saya akan ikuti proses ini,” tuntasnya.