Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas
Kesehatan telah menurunkan tim kedua untuk melakukan penanganan kesehatan di
Kabupaten Asmat pasca kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk yang
terjadi beberapa pekan kemarin.
Hal demikian disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Papua
Hery Dosinaen, saat menyampaikan arahan pada Kepala Organisasi Perangkat Daerah
(OPD), di Sasana Karya Kantor Gubernur Dok II Jayapura, Selasa (30/1).
“Sudah ada tim kesehatan kedua yang nanti turun ke Asmat
dalam rangka penanganan (KLB campak dan gizi buruk) di sana,” ucap dia.
Sementara berkaca pada kejadian di Asmat, Sekda menilai yang
terpenting saat ini adalah bagaimana komitmen pimpinan daerah di kabupaten
untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan. Sebab Gubernur Papua Lukas Enembe
melalui kebijakannya telah memberi kepercayaan penuh bagi bupati dan walikota
untuk mengatur daerahnya.
Dimana kebijakan itu disertai fiskal atau pendanaan pada
empat bidang utama, yakni pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan dan
infrastruktur.
“Intinya 80 persen dana Otsus itu Gubernur sudah serahkan ke
kabupaten dan kota untuk mengelolanya. Sementara 20 persennya yang tinggal di
provinsi.”
“Belum lagi ada pembiayaan lainnya yang bersumber dari APBN,
dana Dana Alokasi Khusus (DAK) yang jumlahnya cukup signifikan. Sehingga sekali
lagi saat ini tergantung dari pimpinan daerah untuk bisa intens dan memastikan
rakyatnya diatur dengan baik,” imbaunya.
Sebelumnya, Gubernur Papua Lukas Enembe mempertanyakan opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diraih Pemerintah Kabupaten Asmat dalam
beberapa tahun terakhir.
Pernyataan itu merujuk pada Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
terjadi di kabupaten itu, beberapa pekan lalu hingga menyebabkan puluhan anak
dilaporkan meninggal dunia.
“Di Asmat ini selalu WTP terus dari tahun ke tahun. Tapi
kerjanya apa, (berhasil meraih opini) WTP kok bisa (terjadi KLB campak dan gizi
buruk) begitu. (Mestinya jika meraih) laporan WTP dari BPK RI, berarti semua
harus berjalan bagus termasuk penanganan bidang kesehatan,” terang dia.
Masih dikatakan, setiap tahunnya pemerintah provinsi
menurunkan anggaran yang sangat besar untuk membiayai penanganan bidang
kesehatan di seluruh kabupaten, dari dana Otonomi Khusus (termasuk Asmat).
Oleh karenanya, Gubernur merasa bingung dengan cara kerja
bupati yang dinilai belum maksimal dalam melakukan penanganan kesehatan di
wilayahnya.
“Sekali lagi saya katakan dana kesehatan kita cukup besar di
setiap kabuapten. Selain 15 persen dari dana Otsus yang diturunkan ke
kabupaten, ada dana Kartu Papua Sehat (KPS), banyak rutin turun tapi kenapa
bisa ada masalah seperti ini,” terang dia.