Sekretaris Daerah (Sekda) Papua Hery
Dosinaen menilai wajar penolakan lembaga kultural masyarakat (Majelis Rakyat
Papua) terkait rencana penunjukan Penjabat Gubernur dari militer (TNI/Polri).
Dia menilai, penolakan itu merupakan hal yang lumrah dan tak
perlu dipermasalahkan oleh pihak mana pun, termasuk pemerintah pusat. Sebab
lembaga Majelis Rakyat Papua merupakan perwakilan dari masyarakat yang wajib
menyuarakan aspirasi dari tingkat bawah.
“(Penolakan) pasti ada (karena) catatan sejarah (pengalaman
dengan pihak militer) yang mencuat dari alasan itu. (Namun aspirasi seperti
ini) tentunya wajar dan itu adalah hak dari wakil rakyat Majelis Rakyat Papua,”
kata Sekda di Jayapura, Senin (5/2).
Kendati demikian, Sekda kembali menegaskan siapa pun
Penjabat Gubernur yang ditunjuk tetap akan mendapat dukungan penuh dari
kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan pemerintah provinsi.
“Yang pasti Plt maupun Penjabat Gubernur itu adalah pihak yang
sedang dalam jabatan Eselon I di kementerian. Sehingga kami sekali lagi, ASN
yang bertugas di Provinsi Papua kami tetap melaksanakan tugas sebagaimana
mestinya ( dan memberi dukungan meski yang ditunjuk dari kalangan TNI),”
terangnya.
Hery Menambahkan, siapa pun yang ditunjuk, Pemprov Papua tak
memiliki hak dan kewenangan untuk mengintervensi Mendagri. Karena yang terpenting
saat ini adalah penunjukan Penjabat Gubernur, tak menghambat pelaksanaan
pembangunan maupun pelayanan kemasyarakatan.
Sebelumnya, Mendagri Tjahjo ingin menempatkan jenderal dari
Polri atau TNI sebab menilai Papua memiliki potensi kerawanan dalam Pilkada
tahun ini.
Namun, rencana penempatan jenderal dari Polri-TNI sebagai
Plt Gubernur tidak hanya di Papua saja. Bahkan direncanakan di Jawa Barat dan
Sumatera Utara. Dua daerah ini juga dianggap memiliki potensi kerawanan selama
Pilkada 2018.
Namun tak menutup kemungkinan, ada beberapa wilayah lain
yang bakal diisi oleh jenderal Polri-TNI, mengingat pemetaan daerah rawan ini
bersifat dinamis.