Dinas Tanamanan Pangan dan Hortikultura
Provinsi Papua menyambut positif rencana pembentukan Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), yang khusus untuk membeli dan mengelola hasil pertanian seperti padi,
di bumi cenderawasih.
Kendati begitu, dia berharap dilakukan sebuah pengkajian
yang mendalam terlebih dahulu, seperti halnya analisis usaha tani.
“Kita mendukung pembentukan BUMD ini, namun kita harapkan ada
pengkajian juga perhitungan yang matang. Contoh, menghitung berapa pupuk
dibeli, berapa bibit dibeli, tenaga kerja yang dipakai berapa, kemudian biaya
lainnya sampai menjadi beras.”
“Selanjutnya, ketika petani mendapat tiga ton beras (3000
kilo) dan biaya yang dikeluarkan 15 juta berarti petani masih untung Rp2.300
ketika dibeli Bulog. Kalau dibeli BUMD ini berapa untung petani? Hal seperti
ini yang saya harapkan dikaji dengan baik,” terang Kepala DTPH Papua Semuel Siriwa,
di Jayapura, kemarin
Setelah melakukan kajian, sambungnya, diharapkan pemerintah
melakukan sosialisasi secara baik kepada petani, sehingga BUMD tersebut dapat
diterima dan berjalan dengan baik.
“Sebab sekali lagi harga beli pemerintah melalui Bulog untuk
beras sebesar Rp7.300 per kilo. Dengan harga ini para petani masih mendapat
untung. Nah, BUMD yang ada saat ini ternyata belum masuk dalam rana pembelian
beras dari petani. Tetapi lebih banyak mengelola pendistribusian beras untuk
PNS, TNI dan Polri di wilayah pedalaman,” terang dia.
Dia tambahkan, saat ini penampungan hasil panen petani sudah
ada di Kabupaten Merauke dan Nabire. Bahkan untuk Nabire sudah mencapai 300
persen dari target yang ditentukan.
Oleh karenanya, dia berharap keberadaan BUMD tersebut
nantinya dapat membantu untuk memberi untung yang besar bagi petani dan bukan
sebaliknya.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Papua Hery Dosinaen menilai
usulan keberadaan BUMD untuk mengelola potensi alam dari hasil petani sangat
positif. Kendati demikian, dia berharap keberadaan BUMD itu mampu memaksimalkan
ketahanan pangan dan mensejahterakan petani.