Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) mulai mendorong lembaga pendidikan di bumi
cenderawasih agar mulai mengkurikulumkan noken paling lambat mulai tahun ajaran
2019 mendatang.
Menurut Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya
Kemendikbud, Nadjamudin Ramly mengatakan, tujuan mengkurikulumkan noken adalah
sebagai upaya untuk melestarikan hasil kerajinan tangan khas masyarakat Papua
tersebut.
Apalagi noken sebelumnya telah ditetapkan
sebagai warisan dunia oleh Unesco. Sehingga perlu ada komitmen dari semua
pihak, tak terkecuali lembaga pendidikan untuk menjaga dan melestarikan warisan
budaya tersebut.
“Kalau Kemendikbud saja sudah berupaya mendorong noken masuk
dalam kurikulum muatan lokal (Mulok) sekolah, kita juga harap pemerintah daerah
demikian. Sebab untuk menjaga kearifan lokal ini, perlu ada proteksi dimana salah
satunya dengan mengajak anak-anak sekolah mempelajarinya,” ucap dia di
Jayapura, belum lama ini.
Dia jelaskan, seperti di Provinsi Bali, para
siswa dan siswi kini sudah diajarkan maestro seni. Dimana mereka mulai didorong
untuk menciptakan satu hasil karya seni sejak masih di usia dini.
Oleh karenanya, melalui Unit Pelaksana Teknis
(UPT) Balai Pelestarian Nilai Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di
Papua, pihaknya mendorong perintisan program seninam masuk sekolah. Hal
tersebut bertujuan untuk melestarikan budaya dan kesenian daerah Papua.
“Untuk program ini memang sudah dimulai pada
2017 lalu, dimana program seninam masuk sekolah ini berupaya agar seluruh
sekolah menerapkan mata pelajaran muatan lokal (Mulok) untuk melestarikan
budaya Papua kedepan.”
“Noken juga sudah masuk sekolah, tapi masih di
wilayah kota Jayapura, kedepan kita harapkan ada aturan khusus dari Kemendikbud
agar seluruh sekolah di Indonesia menerapkan mata pelajaran muatan lokal khusus
Noken,” harapnya.
Sebelumnya, Sekda Papua mengaku sangat
mendukung program noken masuk kurikulum sekolah. Kendati begitu, dia berharap
Pemerintah Kabupaten agar mulai meningkatkan produksi bahan baku noken yang
dinilai telah semakin berkurang.
Dimana noken sendiri dibuat dari bahan baku
kayu pohon Manduam, pohon Nawa atau Anggrek hutan.
Deputi Bidang Kebudayaan Menko Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan Haswan Yunas, mengatakan noken merupakan produk ekonomi
kreatif masyarakat yang perlu terus disosialisasikan sebab telah menjadi
kebutuhan masyarakat.
Dia berharap dengan dikurikulumkannya noken,
hasil produk yang dihasilkan kedepan makin beragam dan dengan kualitas
terbaik.