Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyebut
sekitar 70 persen modus tindak pidana KKN di Papua, terjadi dari Pengadaan
Barang dan Jasa (PBJ).
Lebih dominannya korupsi PBJ dibanding perijinan maupun
suap-menyuap karena penempatan jabatan di bumi cenderawasih, kata Koordinator
Supervisi Pencegahan KPK Wilayah Papua Maruli Tua, dikarenakan adanya praktik
pengaturan atau penunjukan langsung kepada pihak ketiga.
“Sehingga PBJ pun cuma jadi formalitas karena sudah diatur
semua diawal. Maksudnya pada beberapa PBJ ada kontraktor yang ditunjuk,
sehingga ditandai proyek ini pemilik si A, lalu proyek seanjutnya si B.”
“Kendati memang ada proses lelang, kemudian penelitian
dokumen, tapi itu cuma sekedar mengikuti persyaratan namun sudah diatur pemenangnya,”
terang Maruli.
Menurut dia, hal itu kini menjadi tantangan bagi KPK untuk
dieliminasi. Sebab menurutnya, hal demikian pun terjadi di daerah lain, seperti
di Lampung Selatan. Oleh karenanya, dia mengingatkan para kepala daerah di
provinsi maupun kabupaten dan kota untuk menghindari praktik seperti demikian.
Sebab bila tertangkap tangan, maka proses hukum kepada
pelaku tidak akan pilih kasih. “Contohnya bupati Bekasi yang ditangkap KPK
karena korupsi padahal sedang hamil empat bulan. Bisa dibayangkan nanti anaknya
berpotensi lahir dalam keadaan ibunya sedang dalam kasus hukum.”
“Makanya saya ingatkan sekali lagi kepada kepada daerah,
juga bupati-bupati supaya menghindari segala bentuk KKN. Sebab jangan sampai
moral kita menjadi bobrok karena keinginan mempunyai materi (uang). Sebab jika
sudah tertangkap tangan maka sudah tak adan pengampungan lagi,” imbaunya.
Sebelumnya, Marulis pernah mengkritisi sejumlah kepala
daerah di bumi cenderawasih, yang jarang berada di tempat tugas. Dia menduga
para kepala daerah, lebih banyak melakukan perjalanan ke luar daerah ketimbang
mengurus pemerintahan di wilayahnya.
Tak hanya itu, sambung Maruli, dalam sejumlah kesempatan
saat pihaknya berkunjung ke kabupaten, pihaknya masih menyaksikan beberapa
kantor pemerintahan kosong ditinggal ASN entah kemana.
“Ini kami saksikan saat berkeliling ke daerah-daerah.
Sehingga memang ini perlu ada perubahan sebab keberadaan pemerintah untuk
melayani masyarakat,” harap dia.