Penolakan Gubernur Papua Lukas Enembe
terhadap proposal Pt. Inalum terkait divestasi saham PT. Freeport Indonesia
(PTFI), berbuntut pemanggilan Presiden Jokowi.
Gubernur Lukas dipanggil secara mendadak menghadiri undangan
pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, di Istana Negara, Kamis (29/11).
Gubernur mengatakan, undangan itu baru diterimanya Selasa (27/11) malam, saat tengah menghadiri
Pembukaan Konferensi Umum GIDI ke XIX wilayah Bogo, di Distrik Bokondini,
Kabupaten Tolikara.
Dimana dalam pertemuan itu pun, akan menghadirkan PT. Inalum
(persero) sebagai pihak yang ditunjuk
pemerintah mengambil alih 51 persen saham PT. Freeport Indonesia.
“Kita akan hadiri undangan itu kemungkinan bersama dengan Bupati
Mimika. Yang pasti kita ingin beri masukan kepada Presiden Jokowi. Harapannya Jokowi
bisa membantu memutuskan yang terbaik untuk orang Papua”.
“Karena apa, kita tak ingin ditipu oleh orang Indonesia
apalagi oleh Freeport yang sudah bertahun tahun mengeruk kekayaan dari perut
bumi Papua,” jelasnya.
Sebelumnya, Gubernur Papua menolak BUMD bentukan PT. Inalum
yang belakangan diketahui sudah dimiliki oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI).
BUMD itu, menjadi salah satu poin yang ditolak Gubernur
Papua Lukas Enembe, menanggapi beberapa keterangan yang termuat dalam proposal
yang diajukan PT Inalum, terkait dengan divestasi 51 persen saham PT. Freeport
Indonesia.
“Perusahan PT. Indocopper Investama itukan sebelumnya dimiliki Aburizal Bakri
yang kemudian dibeli oleh PT Freeport Indonesia. Sehingga jika Inalum
menyodorkan proposal itu, maka sudah tak sesuai kesepakatan sebelumnya,” terang
Gubernur Papua, Lukas Enembe yang menyampaikan penolakan secara terbuka kepada
pers di Timika, usai melakukan pertemuan dengan Kementerian Keuangan,
Kementerian BUMN, Kementerian ESDM dan PT Inalum, Kamis (23/11).
Gubernur Enembe mengatakan, pertemuan tersebut sebenarnya
tindaklanjut dari pembahasan dengan pihak terkait di Jakarta, pada 12 November
2018 lalu. Sehingga melalui pertemuan ini diharapkan ada progres dari PT Inalum
untuk menyepakati pembentukan, BUMD yang bakal menangani 10 persen saham bagi
Provinsi Papua.
“Bahkan Pemprov Papua kan sudah menyiapkan nama BUMD dan
sudah diserahkan kepada Menteri Keuangan sejak beberapa waktu lalu. Tetapi,
kesepakatan tersebut ternyata diganti dengan tiba-tiba oleh PT. Inalum. Dimana
mereka datang dengan proposal yang disodorkan dengan nama perusahaan daerah PT.
Indocopper Investama,” jelas Lukas.
“Makanya, saya dalam pertemuan itu sempat ribut dan keluar
dari ruang rapat. Sebab saya berharap jangan membuat sejarah masa lalu yang
tidak baik diulang kembali. Jangan bikin bodok (membodohi,red) kami orang
Papua,” tegas Enembe.
Enembe Kembali menegaskan agar pembentukan perusahaan BUMD
yang menangani masalah divestasi saham 10 persen bagi Papua, harus dibahas
ulang. Sebab jika PT. Inalum keberatan, mestinya disampaikan jauh-jauh hari
sebelumnnya.
Ia masih memberi waktu bagi PT. Inalum untuk memperbaiki
proposal tersebut, namun wajib berpijak pada kesepakatan sebelumnya.