Para tokoh agama di bumi cenderawasih diimbau
untuk mendoakan pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif
(Pileg) pada April 2019 mendatang, agar berjalan dengan aman dan damai.
Hal ini disampaikan Kepala Biro Kesra Setda Papua Naftali
Yogi dalam satu kesempatan di bumi cenderawasih, pekan lalu.
Menurut ia, dari laporan Badan Intelejen Negara disampaikan
bahwa pelaksanaan Pileg di wilayah kabupaten, merupakan pesta demokrasi paling
rawan konflik di bumi cenderawasih. Namun pelaksanaan Pilpres dipastikan tak
bakal berpengaruh banyak pada kondisi keamanan maupun ketertiban masyarakat.
Oleh karenanya, selain keterlibatan aktif dari pemerintahan
di tingkat provinsi, kabupaten dan kota serta distrik maupun kampung,
diperlukan pula doa dari para tokoh agama serta umat untuk mewujudkan
pelaksanaan Pilpres dan Pileg, terlaksana dengan damai.
“Untuk itu, kami mengapresiasi sejumlah lembaga termasuk
forum umat kerukunan beragama yang menginisiasi sejumlah kegiatan untuk
mendoakan pelaksanaan Pilpres dan Pileg agar berjalan baik. Kita pun berharap
kegiatan ini bisa diikuti oleh lembaga maupun individu lainnya, guna
menciptakan pesta demokrasi yang aman dan damai diatas negeri ini,” pungkas ia.
Sebelumnya, Gubernur Papua mendorong pihak gereja agar
membuat persekutuan doa didalam lingkungan jemaatnya, guna mewujudkan daerah
ini agar tetap aman damai serta dijauhkan dari konflik yang berpotensi
menimbulkan korban jiwa.
“Sebab persekutuan doa itu sangat penting. Karena Papua pun
bisa ada sampai saat ini karena doa-doa dari hamba Tuhan yang ada sejak dahulu.
Sejak Ottow dan Geisler mendoakan tanah ini sampai kepada seluruh hamba Tuhan
yang ada hingga kini,” terang Sekda Papua Hery Dosinaen di Jayapura, baru-baru ini.
Ia pun berharap seluruh umat di wilayah ini agar tetap
berupaya menjaga keharmonisan dan kedamaian Bumi Cenderawasih, sebagaimana
semangat Hari Pekabaran Injil yang memasuki tahun ke 164.
Sementara hal yang tak kalah penting lainnya, terus berupaya
meningkatkan kewaspadaan dari para pihak yang berupaya mengacaukan toleransi
antar umat beragama di Papua.