Pemerintah Provinsi Papua berharap program
rendah karbon yang sementara digalakkan, mampu menjadi aset jangka panjang yang
mendatangkan keuntungan finansial dari segi pendanaan melalui perlindungan
hutan lindung termasuk didalamnya lahan gambut.
Menurut Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Kawasan
Bappeda Provinsi Papua Vera A.P Wanda sesuai komitmen Presiden RI untuk
menurunkan emisi karbon sebesar 41 persen sampai tahun 2020 termasuk menurunkan
15 persen dukungan internasional, Pemprov Papua sudah mengalokasikan kawasan
lindung seluas 60 persen dan 90 persen kawasan hutan dari luas wilayah Provinsi
Papua tahun 2013-2033.
Dilain pihak, Pemerintah Provinsi Papua juga telah
mengakomodir luasan lahan gambut dengan luas berkisar kurang lebih 8 juta
hektar yang ada di Provinsi Papua, kedalam 60 persen kawaan lindung tersebut.
Kemudian menjadikannya sebagai kawasan strategi provinsi melalui pengembangan
wilayah rendah karbon.
“Memang program ini tentu sangat menguntungkan dari segi
finansial, namun juga menimbulkan tantangan baru dimana kita harus konsisten
dalam menjaga keberlangsungan hutan lindung kita. Dan hal ini tentu saja
menjadi tugas kita semua yang ada di Papua, baik dari pemerintah maupun
masyarakat,” terang Vera, pada Lokakarya Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah
berkelanjutan, Selasa (9/7), di Jayapura.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Papua
Muhammad Musa"ad dalam sambutannya menyatakan, laju kerusakan sumber daya
alam dan pencemaran lingkungan di Indonesia semakin meningkat dan menunjukan
gejala penurunan.
Ia tambahkan, saat ini patut kita cermati bahwa Papua
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi sekaligus menjadi tantangan kita bersama
adalah menyangkut Papua rendah karbon.
Hanya saja, adanya dinamika pembangunan yang berkembang
pesat di segala bidang, khususnya peningkatan pertumbuhan penduduk yang
berimbas pada tuntutan kehutuhan pangan, papan dan lainnya, berpengaruh pada
nilai-nilai pelestarian alam dan lingkungan hidup berkelanjutan.
Disisi lain, munculnya beberapa isu strategis, menuntut
solusi yang cepat namun tepat. Isu-isu tersebut antara lain, belum rampungnya
batas administrasi/tapal batas antar kabupaten dan kota yang diakibatkan oleh
perbedaan data base.
“Oleh karena itu, melalui lokakarya ini harapannya, kita
sama sama mengimplementasikan rencana tata ruang di Papua untuk menjaga aset
alam Papua menuju Papua bangkit mandiri, sejahtera yang berkeadilan,”imbaunya.
Diketahui, kegiatan yang berlangsung di salah satu hotel di
Kota Jayapura tersebut, dihadiri peserta dari organisasi pers dan instansi
pemerintah terkait.