Hasil penelusuran Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mengungkap data jumlah penduduk miskin wilayah perkotaan meningkat 0,12 persen poin menjadi 4,59 persen (dari 4,47 persen) pada Maret 2020.
Meningkatnya persentase penduduk miskin di perkotaan, dikarenakan peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan yang jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan.
“Hal ini terlihat pula pada persentase penduduk miskin di wilayah Papua selama enam bulan terakhir yang mengalami peningkatan sebesar 0,16 persen poin yaitu dari 26,64 persen pada Maret 2020 menjadi 26,80 persen pada September 2020,” terang Kepala BPS Provinsi Papua Adriana Helena Carolina di Jayapura, Senin.
Selain wilayah perkotaan, persentase penduduk miskin perdesaan Papua ikut naik sebanyak 0,19 persen poin menjadi 35,69 persen (dari 35,50 persen) pada Maret 2020.
“Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK Provinsi Papua di daerah perkotaan adalah beras, rokok kretek filter, ikan kembung, telur ayam ras, dan kue basah. Kemudian komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perdesaan adalah ketela rambat atau ubi, beras, rokok kretek filter, ketela pohon dan daun singkong,” jelasnya.
Selain itu, tambah dia, terjadi peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2020 sebesar 4,28 persen, dibanding kondisi Agustus tahun sebelumnya.
Dimana terjadi penurunan daya beli masyarakat, yang disebabkan oleh penurunan aktivitas ekonomi di Provinsi Papua dan realisasi Bantuan Sosial Tunai (BST) di Provinsi Papua baru 65,2 persen.
"Penyaluran Dana Desa Tahap ketiga tahun 2020 mengalami keterlambatan, di mana masih 13,05 persen desa yang telah menerima dana desa, ini mengakibatkan penyaluran BLT-Dana Desa mengalami keterlambatan, juga penyaluran program sembako di Provinsi Papua baru mencapai 59,5 persen, sedangkan provinsi lain di Indonesia sudah mencapai lebih dari 85 persen”.
“Belum lagi pada awal September 2020, Kota Jayapura menerapkan "New Normal", akan tetapi dalam waktu dua minggu selanjutnya kasus penduduk positif COVID-19 meningkat pesat, di mana secara tidak langsung, ini berdampak pada ekonomi masyarakat di Kota Jayapura,” tuntasnya.