02Nov 04
- Uncategorized
- 6411 x dilihat.
BUAH merah (Pandanus conoideus Lam) yang merupakan tumbuhan sejenis pandan khas Papua, kini menjadi sangat terkenal di kalangan masyarakat Papua sejak tahun 1998. Mereka menyebut tumbuhan ini buah merah, dan bermanfaat untuk penyembuhan kanker, kebutaan, serangan jantung, dan sejumlah penyakit lain. Ketika ditemui di kediamannya di Jayapura hari Sabtu (11/1), I Made Budi sedang sibuk menguji kemanjuran buah merah menghambat virus HIV. Ia adalah orang yang sangat berjasa menjadikan buah merah sebagai obat alternatif bagi masyarakat Papua. Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Cenderawasih (Uncen) ini mengaku kariernya belum sebanding ahli-ahli lain. Tetapi, apa yang dia tekuni sejak tahun 1998 tersebut telah membuahkan hasil bagi banyak orang. Bukan hanya di Papua, tetapi juga di Jawa dan Makassar. Buah merah yang tadinya menjadi makanan ternak babi atau dibiarkan telantar di hutan belantara Papua, mendadak menjadi sangat terkenal. Selama empat tahun mengabdi di Uncen, Made berhasil membuat buah merah berguna bagi banyak orang untuk mengobati kanker, tumor, endometriosis, sakit mata, bercak di paru-paru pada anak-anak, asam urat, jantung, dan penyakit modern lain. "Saya sudah melakukan berbagai pengujian dan seminar yang menghadirkan beberapa ahli biologi, kimia,dan penyakit terkait dengan fungsi minyak dan ampas buah merah. Tidak hanya dengan rekan-rekan di Jakarta, tetapi juga dari Universitas Port Moresby di Papua Niugini (PNG). Justru potensi buah merah di PNG jauh lebih besar dari Papua, tetapi di PNG sama sekali belum dimanfaatkan. Karena itu, dalam waktu dekat mereka mengundang saya ke PNG untuk memberikan seminar mengenai khasiat buah merah di sana," kata Made. PUTRA Bali kelahiran 2 Juni 1960 di lokasi transmigrasi di Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, ini menuturkan, buah merah menghasilkan antioksidan yang bersifat antikanker, dan tokoferol atau vitamin E. Kedua zat ini secara alamiah ada di dalam wortel. Kandungan beta karoten wortel juga tinggi, tetapi masih satu tingkat di bawah buah merah. "Saya menguji coba melalui telur ayam dan terjadi perubahan luar biasa. Kuning telur berubah menjadi berwarna merah dalam dua pekan dan berkhaziat sebagai obat antikanker," katanya. Pada penelitian ayam potong, setelah diberi ampas buah merah dengan kandungan minyak 30 persen, tidak terjadi penimbunan lemak. Seluruh bagian lemak di dalam ayam berubah menjadi daging padat. Saat ini ayam potong yang diberi makan ampas buah merah sedang diuji coba di Bagian Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya. Apabila hasil penelitian membenarkan teori tersebut, maka Made berniat segera memproses hak paten penemuannya tersebut PUTRA pasangan Gomboh dan Rai ini menekuni pendidikan SD, SLTP, dan SMU di Sulawesi Utara, kemudian melanjutkan ke Uncen, lalu menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sifat ingin tahu yang dikembangkan sejak kecil di lokasi transmigrasi di Sulawesi Utara masih sangat kuat. Ia menekuni berbagai buku mengenai tumbuhan, terutama yang ada di Papua. Ia yakin Papua memiliki berbagai jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan. "Mengenai buah merah ini, awalnya karena saya melihat suku Wamena itu kuat-kuat, pekerja keras, sehat, sulit penyakit-penyakit, seperti, demam, TB paru, sakit mata, infeksi saluran pernapasan, dan seterusnya. Padahal, mereka hanya makan umbi-umbian seperti masyarakat Papua lainnya. Kemudian saya memutuskan untuk tinggal di Wamena guna melihat langsung situasi mereka selama dua pekan," katanya. Buah merah tumbuh pada ketinggian 1.000-3.000 meter di atas permukaan laut, bentuk buahnya seperti nangka dengan panjang sampai 1,5 meter. Buah merah dapat ditemukan di hutan-hutan di seluruh Papua, namun terbanyak di Jayawijaya dan di Ayamaru, Sorong. Selama di Wamena, Made memperhatikan hampir seluruh masyarakat Wamena dan sekitarnya merebus buah merah yang dimakan bersama sayur atau umbi-umbian. Ia mulai menduga khasiat buah merah ketika masyarakat menuturkan bahwa saat sakit mata mereka mengonsumsi buah merah. Dugaan ini mendorong Made meneliti lebih jauh. Apalagi, warna minyak buah tersebut sangat merah setelah diperas atau direbus. Hasil analisis laboratorium menunjukkan, warna merah itu ternyata beta karoten. Minyak buah itu didominasi asam oleat dan linoleat. Kenyataan demografis juga menunjukkan rendahnya penderita buta mata, kanker, dan tidak ada masyarakat yang mati mendadak terkena sakit jantung atau stroke di daerah yang banyak terdapat tanaman buah merahnya. "Di Jayapura saya sudah mencoba khasiat buah merah, yakni menyembuhkan kanker otak, flek paru-paru pada bayi, kanker payudara, kanker kandungan, tumor kandungan, sakit mata, mencegah kebutaan, sakit jantung, paru, lemas, dan letih lesu. Setelah mengonsumsi minyak buah merah, kemudian diperiksa secara klinis, hasilnya nol. Padahal, sebelumnya penderita sakit kanker mengeluh sakit luar biasa. Kini para penderita sudah sehat," tuturnya bangga. Dalam sejumlah pameran di luar Papua yang menampilkan produk agroindustri di Bandung dan Bali, Papua mendapat juara satu oleh kehadiran buah merah. Made sendiri tampil menjelaskan bagaimana fungsi buah merah kepada pengunjung dan tim juri. Meskipun beberapa orang telah mendatangi Made dengan janji akan membantu Made mengembangkan khasiat buah merah ke arah komersial, tetapi kemudian dia ditinggalkan. "Ehh... orang-orang itu ternyata membohongi saya. Kini mereka menjadi pengusaha minyak buah merah, menjual ke beberapa tempat di Jawa. Satu botol berukuran 250 ml dijual sampai Rp 1 juta," tutur Made. Suami Siti Sunarsi Yulita ini menuturkan, ia kekurangan modal untuk mendapatkan buah merah. Sebelum ia membuktikan khasiat buah merah bagi masyarakat, harga buah merah hanya Rp 2.000-Rp 3.000 per buah. Tetapi, saat ini meningkat menjadi Rp 25.000-Rp 75.000 per buah. Produksi buah merah pun mulai menurun, karena sebagian besar masyarakat memburu buah merah ini. Semestinya Made dapat bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk menghambat perkembangan virus HIV di dalam tubuh penderita, membudidayakan buah merah. dan mengekspor minyak buah merah dari Papua. Akan tetapi, Made merasa sungkan kalau ditolak dan dinilai sebagai pendatang yang hanya mau mencari proyek dan keuntungan di Papua. Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, dan Dinas Kehutanan pun telah mendekati Made. Dinas-dinas ini mulai memberi perhatian terhadap buah merah sejak tahun 2002, setelah manfaat buah merah mulai dibicarakan di berbagai seminar, lokakarya, dan dalam sidang-sidang di DPRD Papua. Dinas Perkebunan sendiri telah menyusun sebuah proyek pengadaan tanaman buah merah dengan investasi senilai Rp 5 milyar. Walaupun demikian, sebagai ilmuwan, Made mengaku tetap bekerja maksimal melakukan berbagai penelitian lanjutan, baik terhadap buah merah maupun jenis tumbuhan lain di Papua. Ia berjanji, selama mengabdi di Papua, akan terus berkarya guna memberikan sumbangan pikiran, tenaga, dan keahliannya bagi masyarakat Papua. "Kalau saya tinggalkan Papua, saya telah tinggalkan sesuatu buat mereka. Masyarakat akan mengenang hasil karya saya di sini," katanya.