Nilai Tukar Petani (NTP) Papua pada Mei 2016
tercatat mengalami kenaikan 0,11 persen menjadi 96,24 dibandingkan bulan
sebelumnya sebesar 96,14.
Kenaikan tersebut terjadi akibat indeks harga
yang diterima petani (It) mengalami kenaikan 0,58 persen. Sedangkan indeks
harga dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan hanya 0,47 persen.
“Sementara NTP Nasional pada Mei 2016 adalah
101,55 atau naik 0,32 persen dibandingkan NTP April 2016. Hal itu karena indeks
diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,51 persen dan indeks harga
dibayar petani juga mengalami penurunan 0,41 persen,â€jelas Kepala BPS Papua JB
Priyono saat menyampaikan rilis bulanan kepada media masssa di Jayapura, Rabu (1/6).
Sementara dari lima sub sektor, dua
diantaranya memiliki nilai NTP dibawah 100 yaitu NTP Sub sektor Tanaman Pangan
sebesar 85,40 dan NTP Sub sektor Peternakan sebesar 99,36. Sedangkan tiga
subsektor lainnya memiliki nilai NTP diatas 100 yaitu NTP subsektor
Hortikultura sebesar 103,63; NTP subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar
103,27 dan NTP subsektor perikanan tercatat sebesar 104,23.
“Lebih lanjut NTP subsektor perikanan dapat
dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap dan NTP Perikanan Budidaya masing-masing
sebesar 109,51 dan 89,64. Meski begitu, secara umum kenaikan indeks NTP hanya
terjadi pada subsektor holtikultura sedangkan subsektor lain mengalami
penurunan indeks NTP,†ujarnya.
Menyinggung soal inflasi pedesaan dapat
diketahui melalui indeks konsumsi rumah tangga. Dimana, inflasi pedesaan Papua Mei
2016 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,61 persen.
Inflasi perdesaan terjadi karena adanya
kenaikan indeks pada beberapa sub
kelompok pengeluaran rumah tangga, dimana kenaikan indeks tertinggi
terjadi pada subkelompok bahan makanan sebesar 0,86 persen. Sedangkan subkelompok transportasi dan
komunikasi mengalami penurunan indeks terbesar yaitu sebesar 0,15 persen.
“Namun secara nasional, tercatat 25 provinsi
mengalami inflasi pedesaan dan 8 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi
terjadi di Riau sebesar 0,62 persen, sedangkan inflasi pedesaan terendah terjadi
di Bengkulu sebesar 0,01 persen. Sedangkan deflasi pedesaan terbesar terjadi di
Provinsi NTB sebesar 0,30 persen dan Sulut merupakan provinsi yang tercatat
mengalami deflasi terkecil sebesar 0,03 persen,†akunya.
Sementara dari 33 provinsi yang dihitung
NTPnya, 22 diantaranya tercatat mengalami kenaikan dan 11 provinsi mengalami
penurunan. Dimana Kalimantan Barat tercatat mengalami kenaikan NTP tertinggi
yaitu 1,13persen diikutiNTT dengan kenaikan NTP terendah 0,06 persen.
Sedangkan Banten tercatat sebagai provinsi dengan
penurunan indeks terbesar 1,35 persen dan Sulbar dengan penurunan terkecil atau
hanya 0,04 persen.