Badan Pusat Statiktik (BPS) merilis persentase, penduduk
Miskin di Papua
selama enam bulan
terakhir mengalami kenaikan
sebesar 0,14 persen , yaitu dari
28,40 persen pada
September 2015 menjadi 28,54 persen pada Maret 2016.
Hal demikian dikatakan Kepala BPS Papua JB
Priyoono di Jayapura, Senin (18/7) dalam rilis yang diterima harian ini.
Dia mengatakan, jika dilihat menurut
tipe daerahnya, penduduk
miskin terkonsentrasi di
daerah perdesaan, dimana pada Maret
2016 mencapai 37,14 persen
penduduk miskin yang hidup
di perdesaan. “Sedangkan di
perkotaan hanya sebesar 4,42 persen,†jelas dia.
Sementara Garis Kemiskinan
(GK) di perkotaan
pada Maret 2016 sebesar Rp446.985, lebih tinggi dari
GK perdesaan yang
mencapai Rp412.991. “Hal
ini berarti, biaya
untuk memenuhi kebutuhan hidup
minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di
perkotaan daripada di perdesaan,†sambung dia.
Menyoal peranan komoditi
makanan terhadap GK, lanjutnya, jauh lebih
besar dibandingkan peranan
komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pend idikan, dan kesehatan),
yaitu 75,36 persen berbanding 24,64
persen.
“Hanya, komoditi makanan yang
berpengaruh besar terhadap
GK di perkotaan
adalah beras, rokok
kretek filter dan Tongkol/tuna/cakalang. Sedangkan komoditi
yang berpengaruh besar
terhadap GK di
perdesaan adalah ketela
rambat, beras, rokok
kretek filter,†terang dia.
Sekedar diketahui, Pada periode
September 2015 – Maret 2016,
Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P 1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) menunjukkan
kecenderungan kenaikan yang
sangat signifikan.
Hal ini mengindikasikan bahwa rata -rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung
semakin menjauh dari garis
kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran pendu duk miskin juga semakin melebar.