Akademisi Universitas Gajah
Mada (UGM) Bambang Purwoko menyarankan Presiden dan para Menteri agar membaca
buku karangan Gubernur Papua Lukas Enembe, supaya lebih mengenal dan mengetahui
kebutuhan dasar yang paling hakiki untuk membangun Bumi Cenderawasih.
Bambang yang juga Dosen serta Ketua Pokja
Papua Universitas Gajah Mada berharap buku Gubernur “Papua : Antara Uang dan
Kewenangan†minimal dapat dipresentasikan ke Presiden dan jajaran, sehingga
tahu latar belakang persoalan yang terjadi di provinsi tertimur tersebut.
“Sebab berbicara masalah Papua erat berkaitan
dengan masalah sosial budaya, politik, pemerintahan, geografis yang sulit, pun
juga harga yang mahal. Makanya buku ini harus lekas diketahui oleh pejabat di
Jakarta,†tutur dia, belum lama ini.
Selain kepada lembaga eksekutif, pihaknya
berharap buku ini pun mesti populer dan dipakai kalangan legislatif (DPR RI).
“Mengapa karena kaitannya sangat erat. Artinya
setelah membaca buku tersebut diharapkan ada percepatan pembahasan RUU Otsus
Plus antara eksekutif dan legislati. Sebab dengan membaca buku ini pasti mereka
akan memahami betul isi buku dan menindaklanjutinya secara riil,†ucap dia.
Menurut dia, akan sangat disayangkan jika buku
itu tak dibaca oleh para pejabat negara di Jakarta, apalagi Presiden Jokowi
memiliki tekad yang sangat kuat untuk membangun Papua. Hal ini dibuktikan
dengan kehadirannya yang sudah lebih dari tiga kali mengunjungi Bumi
Cenderawasih.
Buku “Papua : Antara Uang dan Kewenangan†ini
memiliki 285 halaman yang dibagi menjadi 10 bagian, yakni pada bagian I
berisikan Tanah Yang Diberkati yang membahas tentang abad keagamaan,
menghadirkan berkat Tuhan, Tiga Pilar Utama Pembangunan Papua, Menjawab Dengan
Karya Nyata, Politik Kasih.
Kemudian pada bagian II membahas tentang Papua
Untuk Indonesia diantaranya Memperkokoh Nasional Building, termasuk juga
membahas soal kontribusi orang Papua di Nusantara serta Kemajemukan adalah
Wajah Asli Papua.
Selanjutnya, pada bagian III membahas soal
Otsus dan Pembangunan Papua yang membahas soal Otsus tidak gagal, penataan
Otonomi Khusus serta Terobosan Gila Membangun Papua.
Sementara pada bagian IV, perubahan pendekatan
pembangunan. Bagian V Geliat Ekonomi Papua. Bagian VI Gerbang Mas Hasrat Papua.
Bagian VII menyoal tentang Freeport dalam konteks pembangunan nasional.
Bagian VIII terkait dengan Otonomi Khusus
dalam bingkai demokrasi. Bagian IX perubahan Otsus demi Papua dan Indonesia
serta bagian X tentang PON XX dan integrasi nasional.