Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas
Tanaman Pangan dan Holtikultura berharap agar hasil petani kedelai, diproduksi
secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan makanan tahu
dan tempe di Bumi Cenderawasih.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura
Provinsi Papua, Semuel Siriwa mengatakan hal itu di Jayapura, Rabu (23/11)
kemarin.
Menurut dia, para pengusaha pabrik tahu dan
tempe mengeluhkan sulitnya memperoleh bahan baku lokal, sehingga para pengusaha
pabrik tahu mesti mendatangkan baku kedelai langsung dari Surabaya, Jawa timur.
“Ya tentu karena petani tidak mampu menyiapkan
bahan baku kedelai secara berkelanjutan makanya pengusaha terpaksa datangkan
dari luar,†kata dia.
Sebenarnya lanjut Siriwa, petani di Papua
bukannya tak mampu menyediakan bahan baku kedelai bagi para pengusaha tahu dan
tempe. Hanya saja, mereka belum punya strategi yang baik tentang memproduksi
kedelai, hingga hasilnya tidak berkesinambungan.
“Padahal, kami dari instansi sudah melakukan
pendampingan secara terus menerus untuk mendorong produksi tanaman semusim iniâ€.
“Selain itu, petani cepat merasa puas. Biasanya
setelah sekali produksi mereka beristirahat lama sehingga hasilnya tidak
berkelanjutan. Ini berbeda dengan petani di pulau Jawa yang selalu memproduksi
secara berkesinambungan,†kata dia.
Ia menambahkan, sebenarnya kualitas kedelai asal
Papua tak kalah jauh dengan yang dihasilkan dari luar daerah. Harganya pun sama
sekitar Rp8.000 per kilo. Hanya saja, yang menjadi persoalan terkadang hasil
produksi petani berlebihan tetapi dilain waktu kosong.
“Padahal potensi kita di Keerom sangat besar.
Tapi sekali lagi kendalanya hasil produksinya tidak selalu ada. Ini tentu
menjadi tantangan kita sebab selama ini pemerintah terus mendorong produksi
dengan membantu benih dan pupuk yang sudah terprogram setiap tahunâ€.
“Meski begitu, kita akan terus berupaya mendampingi
para petani supaya kedepan hasil produksinya selalu memenuhi kebutuhan pasar,â€
pungkasnya.