Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memberi sinyalemen untuk membangun smelter
di Provinsi Papua. Hal ini disampaikan Kepala Dinas ESDM Papua Bangun Manurung,
di Jayapura, Rabu (18/1).
“Minggu lalu saya rapat dengan Menteri
Ignatius Jonan, sudah saya sampaikan menjadi keputusan pusat melalui
kepemimpinan Menteri ESDM yang lama bahwa smelter akan dibangun di Papua. Hal
ini langsung mendapat respon positif dari Menteri Jonan,†kata dia.
Menurut dia, meski smelter pun akan
dikembangkan di Gresik, Jawa Timur, kemungkinan pembangunan smelter dengan kapasitas
pengolahan 900 ribu ton konsentrat di Papua sangatlah besar.
Apalagi, Kementerian Perindustrian telah
membuat studi kelayakan tentang kawasan industri di Pomako, Kabupaten Mimika.
“Sehingga diharapkan di kawasan industri pomako itu, kita harapkan disana nanti
dibangun smelter dan industri berbasis mineral lainnya,†kata dia.
Pada kesempatan itu, Bangun berharap
pembahasan IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) antara pemerintah pusat dengan
PT. Freeport Indonesia, dapat terlaksana secepatnya tetapi turut melibatkan
pemerintah dan masyarakat Papua.
“Memang IUPK kewenangan pusat tapi kita
mengharapkan agar Papua bisa dilibatkan dalam pembahasannya. Sebab sampai
sekarang kami belum dilibatkan baik untuk pembahasan masalah divestasi saham
atau smelter,†jelasnya.
Menurut dia, belum diperpanjangnya izin ekspor
konsentrat belum akan berpengaruh pada operasional PT. Freeport. Dimana
perusahaan tersebut, masih dapat berproduksi secara normal, sementara hasil
tambangnya dapat ditimbun dan disimpan di Amamapare, Mimika.
Dampak negatif baru akan muncul bila pada
jangka panjang, sehingga kemungkinan besar perusahaan akan mengurangi volume
produksi, sambil memastikan kapan dilakukan perpanjangan ekspor.
“Sebab kalau sudah menyangkut pengurangan
produksi disitulah mulai ada dampak. Misalnya nanti volume pekerjaan menurun
dan jika sampai jangka panjang akan berefek ke pengurangan tenaga kerja.â€
“Lalu begitu tidak ada ekspor, berarti yang
mereka bayar pajak yang hanya diolah di smelter. Ini juga berarti nilai penghasilan
negara berkurang dan ini dampaknya Dana Bagi Hasil (DBH) bagi Papua, kecil,â€
katanya.