Pemerintah Provinsi Papua
mengumumkan belum ada rencana integrasi (penyatuan) program Kartu Papua Sehat
dan Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) karena belum menemukan
formulasi (perumusan) yang tepat, terutama pada masalah pembiayaan.
“Belum ada titik temu soal integrasi kedua
program ini. Sebab masalahnya ada pada pembiayaan. Tapi kita tidak tinggal dia,
dan terus berupaya untuk mencari solusi.â€
“Dengan harapan dimasa mendatang, integrasi
program KPS dan BPJS bisa benar-benar terealisasi,"jelas Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Papua, Aloysius Giyai, di Jayapura,
kemarin.
Meski begitu, pihaknya mengklaim masyarakat
Papua yang mendapat pelayanan kesehatan dengan menggunakan program KPS,
meningkat hingga 100 persen.
Hal demikian terlihat dari perhitungan selama
tiga tahun terakhir, dimana pada 2014 dengan presentase peningkatan 70 persen,
2015 sekitar 80 persen dan 2016 mencapai 100 persen.
“Memang, walaupun ada peningkatan penggunaan
KPS, tentu ada laporan juga masih ada masyarakat yang belum terlayani dengan
baik. Tetapi pada umumnya hal itu dikarenakan kekurangan obat dan sistem
pelayanan rujukan.
"Namun untuk permasalahan obat, secara
bertahap sudah mulai kita bisa atasi," jelas dia.
Dia mengharapkan bagi pasien KPS yang berasal
dari luar daerah, agar mendapatkan pelayanan dari rumah sakit, mesti membawa surat
rujukan minima dari puskesmas setempat. Dengan
begitu, mereka akan terlayani dengan baik di rumah sakit.
"Sebab bila tidak membawa rujukan
bisa-bisa tidak terlayani. Sebab sudah menjadi prosedur dari rumah sakit untuk
melayani pasian KPS dengan meminta rujukan saat ke rumah sakit," pungkasnya.