Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal mengusulkan
pembentukan tim khusus yang berada di bawah koordinasi lembaga Sapu Bersih
Pungutan Liar (Saber Pungli) provinsi, guna mengawasi stok darah yang menurut
sangkaan beberapa pihak, diperjual belikan.
“Darah manusia ini tak boleh diperjual belikan
dan harus diberikan secara gratis, apapun alasannya. Karena itu, kita usul
kepada Palang Merah Indonesia (PMI ) Papua, untuk membentuk tim dibawah
perpanjangan tangan Saber Pungli
provinsi, yang langsung untuk mengawasi
stok darah,” kata Wagub usai melantik Pengurus PMI Papua periode 2017 –
2022, di Jayapura, akhir pekan kemarin.
Menurut Klemen, fungsi PMI Papua sangat vital
untuk penyediaan stok darah bagi masyarakat. Oleh karenanya, Pemprov Papua pada
tahun mendatang bakal mengalokasikan sejumlah dana hibah per tahun untuk
memberi dukungan operasional terhadap PMI.
“Kita ingin membantu pengadaan kantong-kantong
darah, kemudian mengadakan alat yang bisa mendeteksi penyakit menular, seperti HIV, hepatitis dan
sipilis atau gonore”.
“Sebab kita ingin menjadi contoh yang baik
bagi Indonesia dengan menunjukan bahwa Papua itu luar biasa,” terang dia.
Sementara agar stok darah di Papua senantiasa
tercukupi, Wagub meminta kerjasama seluruh elemen di Papua, baik pemerintah,
legislatif, TNI/Polri, organisasi sosial, organisasi politik, lembaga
perbankan, BUMN, BUMD, tokoh masyarakat,
tokoh adat, tokoh perempuan maupun lainnya agar rutin menyumbangkan darahnya
secara periodik.
“Apalagi untuk pertolongan darah bagi pasien
yang mengalami luka perdarahan hebat, seperti kecelakaan mobil, luka sayat,
luka tusuk, luka tembak, serta operasi maupun pembedahan”.
“Makanya, saya imbau semua pihak di Papua wajib
menyumbangkan darahnya secara rutin.
Sekaligus kita juga mendorong PMI provinsi dan kabupaten serta kota melakukan penandatangan
kesepakatan bersama agar stok darah dapat terus tersedia di tanah ini,”
harapnya.
Ketua PMI Provinsi Papua Yolanda Tinal
berharap Pemprov dapat segera
merealisasikan rencana pemberian dana hibah tahunanan, agar kualitas pelayanan
kepada masyarakat dapat menjadi maksimal.
“Kita siap mempertanggungjawabkan dana
tersebut secara transparan dan
akuntabel,” kata dia.
Sekedar diketahui, Papua sedikitnya membutuhkan 2.500
kantong setiap bulan atau 30.000 dalam setahun.