Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Papua Djuli Mambaya menilai Biro Unit Layanan Pengadaan (ULP) lamban dalam
melakukan proses tender atau lelang proyek.
Dari 180 paket yang telah masuk ke biro
tersebut sejak tanggal 20 April lalu, baru delapan pekerjaan yang ditayangkan
dan baru masuk tahap perencanaannya saja.
“Makanya, saya memindahkan staf untuk
berkantor di teras Biro ULP Papua. Harapannya supaya bisa segera mendorong
proses lelang”.
“Karena jika terlambat, kita khawatirkan
semuanya bisa berimbas kepada rakyat. Sebab dana sebesar Rp 2 triliun yang belum
dilelang ini kami kuatir tidak terserap, jika proyeknya lambat dimulai,” kata
dia melalui pesan pendek kepada harian ini, Selasa (30/5) kemarin.
Menurut Djuli, saat ini instansi yang
dipimpinnya itu tengah menjadi sorotan para tokoh agama, tokoh masyarakat
maupun lembaga DPRP, yang mengharapkan terjadi pelaksanaan pembangunan
infrastruktur yang radikal berupa jalan dan jembatan.
Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan proses
tender dapat segera dilakukan agar pembangunan ruas jalan dan jembatan boleh
rampung tepat waktu.
“Sebab menjadi tanggung jawab saya supaya dana
Rp 2 triliun ini harus dimanfaatkan seluruhnya. Dengan demikian pembangunan
jembatan dan jalan di Papua bisa berdampak positif bagi rakyat,” kata dia.
Sementara itu, Djuli mengaku sepakat dengan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah yang mendorong pembangunan infrastruktur guna menghadapi
era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sebab kondisi Papua saat ini diyakini belum
cukup menjual dan mampu menarik minat investor dari luar negeri.
“Oleh karena itu, Pemprov harus perlu terus menggenjot
pembangunan infrastruktur untuk menarik minat investor dalam maupun luar
negeri. Sehingga kita harapkan bantuan ULP supaya bisa segera merampungkan
tender,” imbaunya.