Untuk membuka isolasi wilayah di Bumi
Cenderawasih, Pemerintah Provinsi Papua melalui dinas perhubungan pada tahun
ini kembali menganggarkan pembangunan lapangan terbang (lapter) perintis di
sejumlah kabupaten.
Menurut Kepala Dinas Perhubungan Papua Recky
Ambrauw, pendanaan untuk pembangunan lapter perintis akan dianggarkan didalam
APBN maupun APBD provinsi tahun ini. Dengan harapan, kehadiran lapter itu
selain untuk membuka isolasi wilayah, juga dapat menurunkan harga barang di
wilayah kabupaten.
“Memang untuk program pembangunan lapter di
Papua sebenarnya setiap tahun ada. Namun untuk tahun ini tetap kita fokus
pembiayaan dalam APBN maupun APBD provinsi”.
“Hanya untuk pembangunan lapter beda-beda. Ada
yang perpanjangan landasan, pembangunan
pagar pengamanan, runway lalu terminal. Pada prinsipnya pembangunan
lapter ini untuk membuka isolasi dan meningkatkan perekonomian daerah itu,”
tuturnya kepada pers di Jayapura, kemarin.
Dia mengatakan, dalam program tahun ini
sedikitnya ada 15 lapter yang akan dibangun maupun dikembangkan. Pihaknya
berharap dukungan masyarakat dan pemda setempat agar program ini bisa berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
“Intinya sebagian besar program pembangunan
lapter masih melalui kajian, tapi tetap kita utamakan lapter yang paling urgen
atau penting sekali untuk dibangun. Hanya sekali lagi sesuai kebutuhan dan mana
yang sangat mendesak sekali,” jelas dia.
Sebelumnya, Direktur Bandara Kementerian
Perhubungan (Kemenhub), Yudhi Sari mengungkapkan, 34 bandara di Papua dan Papua
Barat, untuk membuka isolasi wilayah.
Kemudian Okaba, Illu, Ewer, Batom, Bade, Karubaga,
Obano, Timika, Waghete, Nabire, Dekai, Rendani, Bintuni, Kaimana, dan Babo.
Pembangunan tersebut telah masuk dalam tatanan kebandarudaraan nasional.