Gubernur Papua Lukas Enembe mengingatkan para
kepala daerah di wilayah kabupaten untuk serius menyelesaikan masalah tapal
batas, agar tingkat pelayanan kepada masyarakat setempat berjalan maksimal dan
tepat sasaran.
“Ada kesan pelayanan kepada masyarakat
perbatasan menjadi turun karena masalah tapal batas tidak terselesaikan. Karena
itu, saya minta keseriusan semua kepala daerah di kabupaten untuk segera
menuntaskan hal itu,” terang Lukas Enembe di Jayapura, akhir pekan kemarin.
Dikatakan, dengan kejelasan batas daerah yang
memenuhi aspek teknis maupun yuridis, tangan pelayanan kepada masyarakat
setempat diyakini akan lebih maksimal. Oleh karena itu, Gubernur mengaku siap memfasilitasi
penyelesaian tapal batas agar bisa rampung secepatnya.
“Silahkan para bupati untuk bersepakat
menyelesaikan dengan kabupaten-kabupaten sekitar, namun saya minta tetap
berkoordinasi dengan pemerintah provinsi”.
“Penyelesaian ini penting sekali untuk
dilakukan mengingat masalah tapal batas wilayah saat ini, menjadi masalah besar
yang tak bisa dibiarkan, karena berpotensi menyebabkan konflik,” sebutnya.
Senada disampaikan Kepala Biro Tata
Pemerintahan Setda Papua, Sendius Wonda. Pihaknya mengaku siap turun tangan
membantu penyelesaian masalah tapal batas.
Kendati begitu, ia menilai butuh niat baik
semua pihak terkait untuk dapat menyelesaikan masalah batas wilayah antar
kabupaten di Bumi Cenderawasih. Sebab tanpa hal itu, permasalahan tersebut tak
akan pernah selesai, karena butuh komitmen semua pihak.
“Apalagi jika keinginan menyelesaikan batas
wilayah hanya dari Gubernur. Intinya niat baik itu harus dari pihak-pihak
terkait, selama tidak ada maka tidak akan pernah selesai," ucap dia..
Sendius menduga Dana Alokasi Umum (DAU)
merupakan salah satu alasan dimana penyelesaian masalah batas wilayah di Bumi
Cenderawasih, sulit untuk diselesaikan.
Sebab batas wiayah turut mendorong besaran
nilai DAU yang bakal diterima oleh pemerintah kabupaten. “Memang DAU
berpengaruh terhadap alokasi DAU ke kabupaten. Besaran luas wilayah ini satu
bagian sama dengan jumlah penduduk, indeks kemahalan konstruksi dan indeks
kemiskinan relatif atau yang menjadi perhitungan DAU bagi satu daerah”.
"Sehingga kemungkinan daerah takut berkurang
DAU-nya, sehingga itu jadi penyebab masalah batas wilayah sulit untuk
diselesaikan," jelasnya.