Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI
Hasyim Asy’ari berpesan kepada seluruh lembaga penyelenggara Pilkada yang akan
menyelenggarakan Pilgub dan Pilbup 2018, untuk tak menjadi faktor penyebab
konflik di wilayahnya.
Hal ini disampaikan Hasyim saat melakukan
kunjungan kerja di Jayapura, akhir pekan kemarin.
Penegasan Hasyim bukan tanpa alasan, dimana
hampir sebagian besar Pilkada di Papua kerap mendapati gugatan di Mahkamah
Konstitusi (MK), berikut Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang bahkan terjadi
sampai tiga kali.
“Namanya Pilkada itu konflik dan bukan saja
sebuah potensi. Pilkada ini memang konflik menuju kekuasaan dan Pemilu sarana
menuju kekuasaan yang diangap sah dan terlegitimasi itu”.
“Karenanya untuk menuju kekuasaan satu-satunya
cara adalah melalui Pemilu. Posisi KPU disini mengelola konflik didalam Pemilu supaya
hasilnya sesuai harapan”.
“Coba kita bayangkan KPU yang bertugas mengelola
konflik, tetapi justru sebagai bagian yang menciptakan konflik, ini tentu akan
berakibat negatif dalam proses Pilkada,” terangnya.
Ia pun mengingatkan kepada seluruh Anggota KPU
di Bumi Cenderawasih, untuk memiliki integritas yang kuat dalam melaksanakan
tugasnya.
Beberapa kategori integritas dicontohkan
Hasyim, yakni bertindak secara mandiri, independen, tidak terpengaruh pada
tekanan politik, tidak menerima suap serta bekerja semata-mata berdasarkan UU
atau atura main pemilu maupun kode etik.
“Kalau karakter KPU di Papua berintegritas seperti
ini, saya yakin pelaksanaan Pilkada kedepan akan jauh lebih bai,” ucapnya.
Pada kesempatan itu, ia mengimbau seluruh
lembaga penyelenggara Pilkada di Papua agar berpikir dan bertindak lebih
antisipatif. Dalam artian melakukan perencanaan strategis terhadap seluruh
kegiatan, proses maupun tahapan Pilkada yang bakal dijalankan.
“Maksudnya, disini bahwa Papua ini kan
memiliki letak geografis yang sulit, makanya perencanaan stratsgs menjadi sasuatu
yang penting. Dengan demikian KPU harus berpikir dan bertindak antisipatif. Paling
tidak, sudah harus tahu situasi apa yang bakal terjadi di depan”.
“Bukan bersifat reaktif, yang jika ada masalah muncul
lalu diselesaikan sesaat. Saya harap model seperti ini ditinggalkan sehingga
KPU semakin maju dalam mengelola tahapan Pilkada diatas tanah ini,” harap dia.