Gubernur Papua Lukas Enembe memprediksi teror
kelompok kriminal bersenjata (KKB) di areal pertambangan PT. Freeport Indonesia
bakal berlangsung lama oleh karena adanya tuntutan untuk merdeka.
Hal itu disampaikan Lukas yang sebelumnya
pernah pada situasi itu sewaktu menjabat kepala daerah di Kabupaten Puncak
Jaya.
“Saya prediksikan situasi di Timika itu akan
bertahan lama. Sebab belajar dari kasus saya di Puncak Jaya sewaktu menjabat
sebagai bupati. Dimana sepuluh tahun saya menghadapi situasi seperti seperti
ini. Setiap hari urus jenazah korban penembakan,” terang dia di Jayapura, pekan
kemarin.
Menurutnya, untuk dapat mengakhiri drama teror
KKB, aparat keamanan harus mengambil langkah tegas dengan tidak membiarkan aksi
mereka berlarut-larut, hingga menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak.
“Menurut saya, (tindakan tegas dari) negara
harus hadir disana. Dengan demikian, aksi kelompok yang berseberangan dengan
NKRI ini bisa dihentikan. Warga pun bisa beraktivitas dengan penuh rasa aman”.
“Intinya pihak TNI/Polri harus punya kemampuan
untuk mengusir atau merangkul mereka” sebutnya.
Sementara disinggung mengenai upaya negoisasi
dengan KKB di Mimika, Lukas menyebut hal itu hanya merupakan sebuah tindakan
membuang-buang energi maupun waktu. Sebab kelompok garis keras ini, hanya
menuntut sebuah kemerdekaan untuk bangsa Papua dan terlepas negara kesatuan
republik Indonesia.
“Kalau mau negoisasi dengan KKB, saya pikir
itu sulit. Sebab ini persoalan ideologi yang susah dibujuk dengan apapun. Sebab
kita tahu tuntutan mereka hanya ingin merdeka sebagaimana yang beredar pada
media massa maupun media sosial,” terangnya.
Sebelumnya, KKB pimpinan Sabinus Waker telah
melakukan aksi teror selama sebulan terakhir di areal PT. Freeport Indonesia.
Buntut dari aksi teror ini mengakibatkan warga tiga kampung Distrik
Tembagapura, yakni Kimbely, Banti dan Utikini terisolasi.
Tak ketinggalan sejumlah warga sipil, karyawan Freeport
dan aparat keamanan, gugur dalam serangkaian aksi teror KKB.