Jelang perayaan Natal 25 Desember 2017, umat
nasrani diajak tak merayakannya secara berlebihan (hura-hura), tetapi
memperingati dengan khusyuk atau penuh kerendahan hati, makna dari lahirnya
Yesus Kristus di kandang hina Betlehem 2.000 tahun yang lalu.
Menurut Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekda
Papua Naftali Yogi, sudah saatnya umat kristiasi di Papua meninggalkan kesan
hura-hura dalam memperingati Natal. Tetapi merayakan secara sederhana bersama
keluarga, termasuk berbagi terhadap sesama, khususnya warga kurang mampu,
janda, duda dan serta yatim piatu.
“Karena itu, melalui momentum natal ini saya
harap seluruh umat kristiani bisa merayakan dengan penuh ucapan syuku. Tak
berlebihan merayakan, tetapi bisa berbagi dengan sesama saya rasa itu kado
terbaik di Natal kali ini,” terang Natfali kepada harian ini, Selasa (19/12).
Menurut dia, perayaan Natal identik dengan
berbagi kasih. Namun dilain pihak, Natal kerap dikaitkan dengan makan-makan,
baju baru, serta hal duniawi lainnya. Hal demikian, lanjut dia, merupakan hal
yang tak dilarang, hanya saya diharapkan agar makna dan pesan damai Natal itu
turut dirasakan oleh semua pihak tanpa terkecuali.
“Karenanya, sekali lagi kita harap semua umat
di Papua bisa merayakan Natal dengan tidak menonjolkan hal duniawi. Tetapi
terus meningkatan mental spiritual kita, serta terus berupaya membangun
hubungan dengan Allah, tetapi tak kalah penting juga dengan sesama,” ucapnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Kleme Tinal juga
menyerukan seluruh umat di Papua dapat menciptakan suasana yang kondusif jelang
perayaan Natal dan Tahun Baru. Masyarakat juga diajak menjaga toleransi antar
umat beragama, sehingga kedamaian dan kebersamaan dapat tercipta saat perayaan
kelahiran Yesus Kristus diatas tanah ini.
“Sebab untuk menciptakan suasana yang aman dan
damai itu, tu tidak terlepas dari peran serta masyarakat. Yang tentunya diawali
dari dengan menjaga keamanan serta ketertiban di lingkungan masing-masing,”
terang dia.
Wagub juga mengimbau para Aparatur Sipil
Negara (ASN) di lingkungan pemerintah provinsi, untuk menjadi terang bagi
masyarakat di lingkungannya masing-masing. Sebab makna Natal, tak hanya
diperingati sebagai kelahiran Yesus Kristus semata.
Tetapi sebagai amanah dan perintah bagi umat
untuk hidup dalam suasana kekeluargaan serta kebersamaan yang utuh. Serta
selalu hidup berdampingan untuk memuliakan nama-Nya dan berkarya bagi sesama.
“Oleh karenanya, saya minta sekali lagi mari kita
jadikan Natal tahun ini untuk menatap masa depan lebih cerah. Selalu bicara
tentang kedamaian sehingga perayaan Natal kali ini memberi kesan yang baik bagi
seluruh umat diatas tanah ini,” harapnya.