Pemerintah Pusat kembali
mengalokasikan kuota sebanyak 500 orang untuk putra dan putri asli Papua dalam
program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) dan Afirmasi Pendidikan Menengah
(ADEM).
Untuk kuota Adik 3T (Terdepan, Terluar dan
Tertinggal) sebanyak 100 orang, sementara Adem sebanyak 400 orang. Sementara
program Adik dan Adem ini tersebar di 39 Perguruan Tinggi Negeri dan sekolah
menengah terbaik yang ada di seluruh Indonesia.
"Menariknya, kali ini kita berikan kuota
tambahan 100 orang yang bisa diisi oleh orang asli Papua (OAP) dan juga non
Papua namun syaratnya mereka yang lahir dan besar di provinsi ini,” terang
Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
Didin Wahidin, Kamis (8/2), dalam Rapat Koordinasi (Rakor) program ADIK dan
ADEM di Gedung Sasana Karya Kantor Gubernur Dok II Jayapura.
Kendati begitu, untuk mengikuti program ADIK
dan ADEM para siswa dan siswi wajib memiliki nilai raport rata-rata 7.0 mulai
semester 1 hingga semester 7. Selanjutnya menyertakan identitas diri dimana
usia tertinggi Adem adalah 17 tahun dan ADIK 24 tahun.
“Lalu yang terpenting juga adalah dalam
keadaan sehat fisik dan mental serta mengantongi surat keterangan bebas
narkoba,” terang dia.
Sementara disinggung mengenai kegiatan Rakor
tersebut, Didin mengatakan pertemuan itu sekaligus mensosialisasikan beasiswa ADIK
dan ADEM, sekaligus menyamakan persepsi didalam perekrutan tersebut.
“Apalagi sejak program ADIK dan ADEM dimulai
pada 2012 lalu, banyak terjadi miss koordinasi sehingga targetnya tidak
terpenuhi”.
“Misalnya setelah lulus seleksi banyak daerah
langsung lepas tangan. Mereka bahkan beranggapan setelah lulus menjadi tanggung
jawab Kementrian. Nah, ini yang mau kita luruskan karena program ini bukan saja
tanggung jawab kementrian. Tetapi juga daerah-daerah yang mengirimkan
perwakilan siswa, “ ujar dia.
Selain itu, tambahnya, Rakor tersebut untuk
menyampaikan pesan dari pemerintah pusat agar kuota yang diberikan bagi Papua
dapat terisi penuh.
“Sebab sejak program Adik dan Adem dimulai, kuota
yang diberikan bagi Papua tidak dapat terpenuhi. Banyak pula kasus, peserta ADIK
yang lulus dengan nilai IPK dibawah rata-rata. Padahal salah satu tujuan
program ADIK dan ADEM adalah menciptakan SDM yang mumpuni untuk membangun Papua
kedepan,” pungkasnya.