Unit Percepatan Pembangunan
Kesehatan Papua (UP2KP) mengemukakan salah satu penyebab belum maksimalnya
pelayanan kesehatan di bumi cenderawasih, diantaranya karena sumber daya
manusia (SDM) yang menangani bidang tersebut, masih kurang.
Direktur UP2KP Agustinus Raprap yakin, jika
SDM terpenuhi, maka pelayanan bidang kesehatan di Papua bakal semakin
berkualitas. Sebab mereka dapat menjangkau seluruh masyarakat yang membutuhkan
pelayanan.
“Contohnya sejumlah kasus kejadian luar biasa
(KLB) maupu nwabah di Papua, terjadi karena kita kekurangan tenaga kesehatan.
Jika tenaga kesehatan cukup maka wabah penyakit bisa diminimalisir,” terangnya
di Jayapura, kemarin.
Dia katakan, baru-baru ini telah meminta
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB)
agar memperbanyak kuota penerimaan aparatur sipil negara (ASN) di bumi
cenderawasih. Permintaan itu, berkenaan dengan rencana perekrutan CPNS Formasi
2018, Juni mendatang.
Dimana dari pemetaan yang dilakukan olehnya,
Provinsi Papua masih membutuhkan 2.315 tenaga kesehatan untuk ditempatkan
pada29 kabupaten dan kota. Tenaga kesehatan itu, mulai dari dokter spesialis,
dokter umum, perawat, bidan, apoteker, farmasi, kesehatan masyarakatan serta gizi.
“Sebab kondisi sekarang, kita hanya memiliki
5.005 SDM kesehatan saja. Karena itu, kita minta kepada Kemenpan RB agar pada
formasi CPNS 2018 ini, memenuhi kekurangan itu. Sebab sangat disayangkan, nantinya
ada banyak fasilitas kesehatan masyarakat namun tak ada tenaga kesehatan yang
memadai,” ucap dia.
Senada disampaikan, Direktur Harian UP2KP Esau
Rumbiak. Menurutnya, sebagai lembaga pengawal sektor kesehatan di Provinsi
Papua, Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua memandang perlu adanya suatu
kebijakan terobosan khusus bagi SDM kesehatan di Provinsi Papua dalam formasi
rekrutmen CPNS 2018 oleh Kemenpan RB.
Sebab, mulai 2015 lalu, rekrutmen CPNS sudah tidak
ada lagi, pasca terbitnya moratorium yang dikeluarkan Presiden Jokowi.
“Sesuai data Kemenkes menunjukkan bahwa
produksi tenaga kesehatan setiap tahun sangat tinggi. Tetapi distribusinya ke
seluruh Indonesia tidak merata”.
“Kita tidak bisa harapkan hanya dokter PTT
yang datang setahun dan bekerja lalu pulang meninggalkan masyarakat pasien yang
sudah dilayaninya. Semestinya ada aturan khusus yang disiapkan Kemenpan RB bagi
Papua dalam hal rekrutmen tenaga kesehatan ini agar cepat terpenuhi kuota yang
dibutuhkan,” terang Rumbiak.