Menghadapi era globalisasi dengan
perkembangan ilmu teknologi yang terus maju, ancaman terhadap pergeseran budaya
lokal dirasakan telah mulai berada di depan mata.
Sebagian besar budaya asing yang kini telah mulai
diperagakkan anak negeri di seluruh Indonesia diantaranya, seperti perayaan
hari valentine dan hellowen, berkurangnya penggunaan alat musik tradisional dan
bahasa daerah.
Berkenaan dengan hal itu, Penjabat Gubernur Papua Soedarmo
mengharapkan dilakukan pengembangan budaya lokal secara terus menerus, sehingga
budaya asing dapat dikikis secara perlahan-lahan.
Dilain pihak, berbagai kegiatan festival budaya lokal yang
digelar setiap kabupaten, mesti dilakukan secara terintegrasi dan
berkelanjutan, dengan promosi yang lebih global serta menjual kepada dunia luar.
“Makanya memang ini juga menjadi domain dari Kementerian
Pariwisata tetapi juga pemda terkait untuk membuat satu konsep festival budaya
lokal secara terintegrasi dan berkelanjutan. Harus ada kerja sama semua pihak,
jangan setiap daerah terkesan kerja sendiri-sendiri, sebab hal itu tidak akan
maksimal,” terang dia di Jayapura, kemarin.
Gubernur juga mengharapkan agar pelaksanaan festival budaya
oleh pemerintah kabupaten, kedepan dilakukan secara bersamaan sehingga
wisatawan yang berkunjung ke Papua tak hanya menikmati satu paket sajian saja.
“Tetapi bisa menyaksikan banyak festival tanpa menunggu
waktu lama dan bisa menghemat uang untuk menonton festival lain. Bayangkan
kalau Festival Danau Sentani, Festival Teluk Humbolt, Festival Munara Wampasi
di Biak, Pesta Budaya Asmat dan Festival Lembah Baliem digelar bersamaan,”
terangnya.
Dia tambahkan, kedepan dirinya bermimpi agar semua kegiatan
festival di Papua digelar pada satu daerah secara bergantian dan dikoordinir
oleh pemerintah provinsi.