Jayapura-Kota Jayapura kembali mengalami inflasi pada Bulan April 2006 kemarin, dengan besaran prosentase sebesar 0,51 persen. Hal tersebut, disebabkan adanya kenaikan indeks dari 148,14 pada bulan Maret 2006 menjadi 148, 89, akibat terjadinya kenaikan harga-harga barang dan jasa pada 6 dari 7 kelompok pengeluaran barang dan jasa.
Namun demikian, kondisi harga-harga secara umum masih terbilang wajar, karena stok barang kebutuhan rumah tangga relatif stabil.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Ir. Djarot Setanto, MM, mengatakan inflasi Kota Jayapura sebesar 0,51 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,05 persen. Sehingga apabila dinilai secara umum, katanya, perubahan indeks pada bulan Maret dari 45 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), 22 kota diantaranya mengalami inflasi dan 23 kota diantaranya mengalami deflasi. "Inflasi yang terjadi di Kota Jayapura tidak menunjukan gejolak yang mengkhawatirkan, ini terlihat dari range perubahan indeks yang berkisar 1,99 persen hingga -1,71 persen," katanya.
Menurut Djarot, perubahan indeks tertinggi di tingkat nasional, terjadi di Kota Banjarmasin sebesar 1,99 persen dan Kota Palu sebesar 1,71 persen ditingkat Sumapua (Sulawesi, Maluku dan Papua) dan terendah di Kota Gorontalo sebesar -1,71 persen ditingkat nasional maupun Sumapua. "Inflasi pada bulan ini menempatkan Kota Jayapura berada pada posisi ke - 13 dari 45 kota IHK di tingkat nasional dan ke - 4 dari 8 kota IHK di Sumapua atau Kawasan Timur Indonesia.
Dikemukakan, inflasi tahun kalender (Januari 2006 - April 2006) Kota Jayapura, sebesar 3,37 persen lebih tinggi dari inflasi tahun kalender nasional sebesar 2,03 persen, sedangkan untuk inflasi year on year (April 2006 terhadap April 2005) sebesar 14,90 persen lebih rendah dibandingkan nasional, yakni sebesar 15,40 persen.
Disamping itu, inflasi yang terjadi pada bulan Maret di Kota Jayapura, cukup berpengaruh oleh kenaikan indeks yang signifikan pada sub kelompok bumbu-bumbuan (5,26 persen); minuman yang tidak beralkohol (5,25 persen); perlengkapan atau peralatan pendidikan (4,11 persen) dan sub kelompok makanan jadi (3,78 persen). Sedangkan pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya adalah sebesar -5,53 persen dan sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar -3,92 persen.
Ditambahkan, untuk komoditi yang sangat dominan memberikan sumbangsih inflasi, yaitu, bawang merah, martabak, kue basah, kue kering berminyak, roti manis, ayam goreng, susu bayi, nasi, ketela pohon, sandang wanita, gado-gado, minuman ringan, roti tawar, buah pinang, sagu, tempe, sawi, ikan segar, buncis, telur ayam ras, tahu mentah dan tomat.**