BIN : Pileg Kabupaten di Papua Paling Rawan
Konflik
JAYAPURA (HPP) – Badan Intelejen Negara (BIN)
memastikan pelaksanaan Pemilu Legislatif (Pileg) di wilayah kabupaten,
merupakan pesta demokrasi paling rawan konflik di bumi cenderawasih.
Hal demikian sebagaimana pelaksanaan Pileg di
Kabupaten Tolikara, yang memakan korban jiwa salah seorang calon legislatif
dari Partai Golkar, hingga memicu perang suku.
Kepala Badan Intelijen Negara Daerah (Kabinda)
Papua, Brigjen TNI Abdul Haris Napoleon, mengatakan hal itu di Jayapura, dalam
satu kesempatan, pekan lalu.
Untuk itu, dia meminta aparat keamanan baik
TNI maupun Polri serta pimpinan daerah terkait agar mewaspadai pelaksanaan
Pileg di wilayah kabupaten. Upaya ini, untuk mengantisipasi jatuhnya korban
jiwa saat Pileg 2019 mendatang di Papua.
“Seperti kejadian kejadian 2009 lalu di
Tolikara, karena daerah itu dikuasai Partai Demokrat, lalu calon lagislatif
asal Partai Golkar ini ingin minta satu suara saja di kampungnya. Apa yang
terjadi, dia dibunuh masyarakat setempat dan terjadi perang suku”
“Ini kejadian nyata yang perlu diantisipasi
oleh pihak terkait kedepan. Sebab jangan hanya perbedaan partai lalu ada korban
jiwa,” terang dia.
Hal lain yang perlu diantisipasi, lanjut dia,
saat pengiriman logistik Pileg maupun Pilpres, yang perlu memperhatikan hal
teknis maupun non teknis. Untuk wilayah pesisir dia berharap agar pihak terkait
menggunakan motoris perahu lokal.
“Untuk aparat kemanan ini teknis sekali
sebenarnya, saya imbau gunakan jerigen kosong saat mengantas logistik
menggunakan pesahu. Jerigen itu tujuannya untuk diikat di badan termasuk senjata,
agar tidak hilang”.
“Sebab sudah terjadi banyak kecelakaan saat
pengantaran logistik tak gunakan motoris lokal yang lebih tahu medan. Lalu ada
cukup banyak senjata yang hilang, contoh prajurit TNI dari Bonggo saat hendak
ke Sarmi hilang empat pucuk karena tidak paham kondisi alam dan kondisi medan,”
jelas dia.
Sementara untuk wilayah pegunungan, dia
berharap para pihak agar peka dengan kondisi alam saat hendak mengantar
logistik. Bila cuaca tak memungkin agar tidak memaksakan kehendak.
“Pada Pemilu 2009 ada pesawat menabrak gunung
gergaji di Wamena yang mengangkut sejumlah orang KPU dan logistik. Sebenarnya
pesawat itu hendak dinaiki Gubernur dan Forkompinda. Namun ada semacam indra
keenam dan ibu Pangdam yang meminta agar penerbangan ditunda ke penerbangan
berikutnya”.
“Nah hal semacam begini pun kita mesti peka
supaya penyaluran logistik bisa berjalan lancar tanpa harus memakan korban
jiwa,” harap dia.